Pakistan Diam-diam Dukung Serangan Pesawat Tak Berawak AS di Wilayahnya

Pakistan Diam-diam Dukung Serangan Pesawat Tak Berawak AS di Wilayahnya

- detikNews
Kamis, 24 Okt 2013 16:57 WIB
Ilustrasi
Islamabad - Di tengah polemik dan kecaman soal serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat, muncul informasi mengejutkan soal keterlibatan Pakistan di dalamnya. Dilaporkan bahwa selama bertahun-tahun ini, Pakistan ternyata menyetujui serangan tersebut di wilayahnya.

Bukti keterlibatan pemerintah Pakistan ini muncul setelah kunjungan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif ke Gedung Putih dan mendesak AS untuk menghentikan serangan tersebut. Dukungan Pakistan terhadap pesawat mata-mata AS ini diduga sudah sejak lama, bahkan jauh sebelum Sharif terpilih menjadi PM Pakistan pada Mei lalu.

Surat kabar AS, The Washington Post seperti dilansir AFP, Kamis (24/10/2013), membeberkan hal ini berdasarkan dokumen rahasia dan sejumlah memo diplomatik antara AS dengan Pakistan. Dari dokumen tersebut, diketahui bahwa badan intelijen AS, CIA kerap bertukar informasi soal aktivitas pesawat tak berawak AS kepada Pakistan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedikitnya ada 65 serangan pesawat mata-mata AS yang diinformasikan CIA kepada Pakistan. Selain melalui pertemuan langsung dengan pihak Pakistan di kantor kedutaannya di Washington, informasi ini disampaikan dengan cara dikirim langsung kepada pejabat senior Pakistan di Islamabad.

Dalam satu kasus pada tahun 2010 lalu, sebuah dokumen rahasia menyebutkan bahwa lokasi serangan tersebut ternyata didasarkan atas permintaan pemerintah Pakistan. "Sesuai dengan permintaan pemerintah Anda," demikian bunyi penggalan dokumen tersebut.

Dokumen lainnya menunjukkan adanya kerjasama antar kedua negara untuk memilih target serangan pesawat tak berawak AS. Artikel Washington Post ini ditulis oleh Bob Woodward yang merupakan salah satu dari dua wartawan yang membongkar skandal Watergate pada tahun 1970-an lalu.

Artikel itu juga menyebutkan adanya perselisihan kecil antara kedua pihak, salah satunya ketika AS mencurigai keterkaitan antara para ekstremis dengan dinas intelijen Pakistan. Dalam satu insiden, disebutkan mantan Menlu AS Hillary Clinton pernah melabrak Pakistan soal telepon seluler dan sejumlah dokumen tertulis yang ditemukan pada jasad para militan, yang menunjukkan keterkaitan dengan badan intelijen Inter-Services Intelligence Pakistan.

Sebagai balasannya, Pakistan mengeluarkan memo yang berisi nama 36 warga negara AS yang diyakini sebagai agen CIA dan meminta agar kedutaan Pakistan di AS tidak mengeluarkan visa atas nama-nama tersebut.

Penggunaan pesawat tak berawak AS menuai proses karena dinilai memakan banyak korban warga sipil. Salah satunya, berdasarkan laporan organisasi HAM internasional, serangan pada Oktober 2012 telah menewaskan seorang nenek berusia 68 tahun yang sedang memetik sayuran di kebunnya.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads