Meskipun di survei terakhir yang digelar Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Prabowo dianggap sebagai capres tidak riil karena dibutuhkan minimal 20% kursi DPR atau 25% suara sah nasional bagi parpol untuk mengusung capres. Namun Gerindra tetap yakin menatap pencapresan Prabowo.
"Kami tidak takut. Sebenarnya kita ingin lebih banyak orang yang muncul sebagai capres alternatif. Tapi kami tidak masalah jika akhirnya pembahasan dihentikan," kata Waketum Gerindra Fadli Zon kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (24/10/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fokus kami pemenangan Pemilu," ujar Fadli.
Lebih jauh Fadli menilai keputusan penghentian pembahasan revisi UU Pilpres ini sebagai bagian dari oligarki partai-partai besar yang ingin menjegal capres alternatif. Terlihat ada kekhawatiran dari partai-partai besar yang telah memiliki capres terhadap kehadiran tokoh-tokoh alternatif.
"Itu kan Undang-undang itu (UU Pilpres-red) dibuat untuk menjegal Pak SBY dulu, walaupun itu tak pernah diakui," tuturnya.
(trq/van)