Herman adalah tukang ojek yang ikut dibawa KPK saat operasi tangkap tangan PNS di Mahkamah Agung Djodi Supratman. Herman terpaksa dibawa karena dia sedang membonceng Djodi mulai dari MA ke kantor Mario Bernardo dan kembali lagi ke MA.
Ditemui di Pengadilan Tipikor, Herman baru saja bersaksi bagi Djodi. Dia dihadirkan oleh jaksa dalam sidang lanjutan suap pegawai MA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cuma 15 menit di situ, sudah itu pulang lagi ke MA," kata Herman di Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Jaksel, Senin (21/10/2013).
Herman tidak tahu apa yang dilakukan Djodi di kantor Mario. Sesuai permintaan, ia pun kembali mengemudikan motornya via Stasiun Gambir untuk bisa mencapai MA.
Tiba-tiba tepat di depan Kedubes AS, motor Herman dipepet oleh tiga motor. Herman masih berusaha tenang dan tetap mengendarai motornya.
"Berhenti, berhenti," bentak salah satu pengendara motor.
"Saya Pak?" tanya Herman polos.
Ia tidak bisa ingat lagi berapa banyak orang saat itu. Salah satu di antaranya langsung meminta Djodi yang duduk di belakang untuk segera membuka tas. Namun pria misterius itu langsung menjelaskan identitasnya dari Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Apa isi tas ini? Buka!" pinta salah satu petugas.
"Uang," jawab Djodi.
Hanya sebentar peristiwa itu terjadi. Masih dengan motor, mereka dibawa ke Gedung KPK. Herman membonceng salah seorang petugas KPK. Sedangkan Djodi dibawa oleh petugas yang lain.
Iring-iringan motor ini melaju kencang membelah lalu lintas Jakarta. Begitu tiba, empat motor ini langsung masuk pintu basement KPK.
Herman pun harus berhadapan dengan beberapa penyidik untuk ditanya-tanya. Sampai larut malam, Herman masih berada di Gedung KPK.
"Hari pertama saya di lantai 8, besoknya saya di lantai 9. Malamnya itu saya tidur di musala," papar Herman.
Meski tidak tersangkat kasus, kabar penangkapan ini membuat keluarga Herman ketakutan. Menurutnya, sang istri bahkan sampai menangis histeris begitu tahu Herman ikut terjaring KPK.
"Tapi syukur akhirnya dibebaskan. Pas mau turun ke bawah, saya mau dikawal. Tapi saya bilang nggak usah, biar nggak ketahuan wartawan. Bener kan, saya tenang aja pas keluar gedung," tutur Herman yang kini mengaku sering trauma jika mengantar pelanggan naik motor kesayangannya.
(mok/mad)