"Tahun 2007 ketika saya menjadi korwil Jabar, Banten dan DKI, zaman Pak JK, memang tugas saya mempersiapkan kader Golkar yang kita calonkan menjadi kepala daerah untuk kita ajukan ke Ketua Umum Pak JK," kata Gumiwang mengawali ceritanya kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (11/10/2013).
Kala itu Atut sangat populer di Banten. Atut pun sukses menjadi Gubernur perempuan pertama di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lambat tapi pasti Ratu Atut mulai melebarkan sayap. Satu persatu saudaranya memenangkan Pilkada di Banten, beberapa didukung bendera Golkar.
"Waktu itu belum ada, tapi dalam perjalanan kemudian terbentuk suasana di Banten. Saya pribadi tidak setuju dengan politik dinasti. Cara-caranya mesti kita atur dengan baik, sehingga legitimasi kekuasaan jelas, tidak menjadi pertanyaan masyarakat," katanya.
Politik dinasti bisa saja diterima rakyat jika memang kompetensinya cukup. "Misal legitimasinya harus jelas, mengenai kapabilitas, kompetensi. Kalau menurut pandangan masyarakat ukuran-ukuran itu belum ada. Makanya masyarakat kecewa," keluhnya.
Lalu kenapa dinasti politik Ratu Atut terus terpilih di Banten? "Golkar kan partai kuat sekali di Banten," kata Gumiwang.
Lalu kenapa Golkar masih saja mendukung dinasti politik Ratu Atut?
(van/try)