Dalam pertemuan itu, Netanyahu mencoba meyakinkan Obama bahwa diplomasi hendaknya tidak digunakan dalam berurusan dengan Irak terkait program nuklirnya.
Menyusul pertemuan dengan Netanyahu tersebut, Obama pun kembali mengancam Iran soal aksi militer. Menurut Obama, Iran menginginkan negosiasi diplomatik atas program nuklirnya dikarenakan sanksi-sanksi yang diterapkan AS terhadap iran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya telah mengatakan sebelumnya dan saya akan mengulangi bahwa kita tak mengesampingkan semua opsi, termasuk opsi militer," cetus Obama.
Obama menyampaikan hal ini hanya beberapa hari setelah komunikasi bersejarah dengan Presiden baru Iran Hassan Rowhani. Percakapan via telepon itu merupakan kontak langsung pertama antara pemimpin kedua negara sejak Revolusi Islam pada tahun 1979 silam.
"Baru saja saya berbicara di telepon dengan Presiden Republik Islam Iran, Rowhani. Kami berdua membahas tentang upaya-upaya kami yang tengah berlangsung untuk mencapai kesepakatan mengenai program nuklir Iran," kata Obama seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (28/9/2013).
"Fakta bahwa ini komunikasi pertama antara presiden Amerika dan Iran sejak 1979, menekankan adanya ketidakpercayaan yang mendalam antara negara-negara kita, namun juga mengindikasikan prospek untuk melangkah maju dari sejarah sulit itu," tutur Obama.
Obama menggambarkan pembicaraanya dengan Rowhani sebagai "kesempatan penting dalam kebijakan luar negeri Washington."
(ita/nrl)