Data diperoleh detikcom dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalteng, dalam 3 hari sejak 26-28 September 2013, terjadi peningkatan titik hotspot hingga 100 titik.
"Kondisi terkini di lapangan, terjadi peningkatan eskalasi pembakaran lahan untuk kegiatan pertanian. Rata-rata lahan milik masyarakat," kata Petugas Deteksi Dini BKSDA Kalteng, Andreas Dodi, ketika dihubungi detikcom, Senin (30/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wilayah lainnya berada di bawah angka 50 titik hotspot. Meski begitu, index pencemaran udara masih normal dan jarak pandang juga masih normal," tambah Dodi.
Menyusul tingginya titik hotspot di wilayah Kalteng, kesiagaan petugas di Posko Pengendalian Kebakaran Hutan diperpanjang hingga 15 Oktober 2013 mendatang. Terlebih lagi, suhu udara cukup panas dalam 3 hari ini, mengakibatkan tingkat kelembaban udara di Kalteng sangat rendah.
"Dari data BMKG yang kita peroleh, tidak ada turun hujan sejak 19 September 2013. Dalam 3 hari ini saja, kondisi cuaca cukup panas dan satelit tidak sulit untuk mendeteksi (titik hotspot)," terang Dodi.
"Kondisi kering karena kelembaban rendah ini, berisiko meningkatkan ancaman untuk titik hotspot terus bertambah. Kami tetap bersiaga, mengantisipasinya. Kami berharap masyarakat turut terlibat berperan serta aktif bekerjasama mengantisipasi munculnya titik panas," ungkapnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya, Norman Dani, menerangkan, sejauh ini, kabut asap belum mengganggu aktivitas penerbangan dari dan menuju Bandara Tjilik Riwut.
"Penerbangan masih sesuai schedule. Tapi kami terus pantau perkembangannya, tidak hanya kabut asap tapi kondisi terkini cuaca," kata Norman.
(try/try)