"Bisa anda jelaskan, apa kelemahan Anda?" tanya Ketua Panitia Seleksi (Pansel) Wamenkum HAM Denny Indrayana kepada Adrianus di Gedung Kemenkum HAM, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Adrianus-pun menjawab, "Saya suka nervous, Pak. Kalau sedang ada acara ke luar negeri itu saya selalu bolak-balik memeriksa tas saya".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah semacam kompensasi dari konteks inferioritas mereka. Ketika mereka dengan pemilik uang maka inferioritas itu luar biasa. Tapi kalau berhadapan dengan warga binaan, maka otoritasnya yang dikedepankan," papar Adrianus menanggapi realitas tak adil di LP.
Untuk itu, menurut Adrianus, inferioritas para pekerja LP harus dihilangkan. Mereka harus bersikap adil tanpa pandang bulu dan penuh integritas dalam menghadapi semua narapidana.
Adrianus yang juga sudah malang melintang di Polri sebagai Penasihat Kapolri dan Komisioner Kompolnas ini kemudian menceritakan pengalamannya dengan uang suap. Ketika dirinya sidak ke Polda, Polres atau Polsek, dirinya sering diberi suap agar tidak membuat laporan yang jelek dalam hasil sidaknya. Namun Adrianus menolak dan melaporkan realitas ini ke Kapolri.
"Kami datang ke Polres, Polsek, atau Polda, selalu ada yang ngasih amplop lah. Saya lalu mengeluhkan hal tersebut ke Kapolri, karena kesannya kami jadi seperti merampok mereka jika kami berkunjung. Tapi tetap masih tetap begitu juga setelah saya keluhkan," tuturnya.
(dnu/lh)