Seorang ahli hidrograf pada Angkatan Laut Pakistan, Muhammed Arshad menuturkan peristiwa serupa pernah terjadi pasca gempa bumi pada tahun 1999 dan 2010 lalu. Saat itu, terjadi kenaikan tanah di wilayah pantai yang berjarak 282 km dari Gwadar.
Namun seiring berjalannya waktu, kenaikan tanah tersebut kembali ditelan gelombang laut. Tidak lebih dari 1 tahun, terutama saat itu Pakistan dilanda badai yang disertai hujan deras, kenaikan tanah tersebut menghilang.
Secara bertahap, kenaikan tanah atau yang juga disebut 'pulau baru' tersebut terkikis gelombang laut. Demikian seperti dilansir ABC News, Kamis (26/9/2013).
Kondisi yang terjadi beberapa tahun lalu ini memperkuat teori disampaikan sejumlah ahli bahwa kandungan pulau baru semacam ini tidak sesolid yang tampak di permukaan. Keberadaan bebatuan, pasir dan lumpur yang disertai air laut sangat rawan untuk terkikis.
Profesor seismologi dari German Center for Geosciences, Marco Bohnhoff menyampaikan analisis soal kondisi langka ini. Bohnhoff menuturkan ada dua cara terbentuknya pulau semacam ini.
Penyebab pertama, lempengan bumi yang ada di dalam laut terdesak hingga keluar dari permukaan air laut akibat getaran gempa yang sangat kuat. Penyebab kedua, getaran gempa memicu pergerakan dan pelepasan gas yang tersimpan di dalam perut bumi dan berakibat pada munculnya 'lumpur gunung api' keluar hingga ke permukaan laut.
Senada dengan Bohnhoff, profesor geologi dari Queen's University, John Dixon juga menyebut adanya 'lumpur gunung api' sebagai penyebab terbentuknya pulau ini. Karakterisik 'lumpur gunung api' ini sendiri cenderung lembut sehingga mudah terkikis.
"Karena hal ini, tampaknya pulau ini hanya bersifat sementara -- yang kemungkinan tersapu kembali ke laut oleh erosi yang dipicu gelombang air laut dengan cepat. Faktanya, bisa dilihat dari fotonya bahwa ini sebenarnya sudah dimulai," jelasnya.
(nvc/ita)