Menurut Kasi Sarana dan Prasarana Sudin Damkar Jakbar, Bambang Condro Pramono ada beberapa faktor yang membuat hidran-hidran di Jakarta Barat tidak berfungsi. Salah satunya ialah, damkar masih mengandalkan saluran air bersih perusahaan air minum yang sangat kecil volume airnya.
"Sebenarnya Bukan cuma hidran di wilayah Jakbar yang bermasalah, tapi seluruh jaringan hidran di DKI selama ini pipa-pipa jaringan air hidran menyatu dengan jaringan pipa-pipa air bersih warga," kata Bambang saat berbincang dengan wartawan di kantor damkar Jakarta Barat, di Jalan Tanjung Duren, Rabu (25/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Minimal dua bar agar air bisa muncrat. Padahal air PAM yang mengalir ke pelanggan PAM saja kecil. Mana bisa arus air yang kecil bisa memfungsikan hidran?" Ujarnya.
Bambang mengatakan, jenis hidran ada dua yaitu, hidran basah dan hidran kering. Dan untuk hidran kering cuman ada satu di Jakarta Barat.
"Yang ada cuma di Pekapuran, Tanah Sereal, Tambora saja. Dibangun tahun 2003. Dan memang untuk pemukiman padat seperti Tambora paling cocok dengan hidran kering," ujar Bambang.
"Kalau yang dibangun jaringan hidran basah, akan rawan pencurian air PAM seperti terjadi dalam banyak kasus pencurian air PAM di jaringan pipa air menuju hidran," tambahnya lagi.
Bambang mengatakan, sedangkan untuk hidran basah ada 152 hidran yang disebar di 8 kecamatan. "Kecamatan Gropet 25 hidran, Palmerah 43 hidran, Tambora 11 hidran, Taman Sari 12 hidran, Kebon Jeruk 37 hidran, Kembangan 6 hidran, Cengkareng 14 hidran dan Kalideres 4 hidran," ujarnya.
Bambang menambahkan, kalaupun Pemprov DKI berniat membangun hidran basah, Bambang mengusulkan agar jaringan pipa hidran, dibangun terpisah dengan jaringan pipa PAM. "Air yang digunakanpun air kotor saja sehingga bebas pencurian air," imbuhnya.
(spt/fjr)