"Mengapa di era reformasi demokrasi ini tidak berhasil menampilkan pemimpin yang qualified, biayanya mahal tapi hasilnya mengecewakan," ujar Komaruddin di KPK, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (25/9/2013).
Menurut Komaruddin, hingga 15 tahun berjalannya reformasi demokrasi, angka korupsi di Indonesia belum berhasil ditekan. Masyarakat Indonesia yang dinilai lebih religius tetap saja tak bisa mengurangi korupsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rektor UIN Jakarta itu kemudian menjelaskan, partai sebagai motor penggerak demokrasi harus berperan agar bisa menciptakan pemimpin yang baik dan bersih dari korupsi. Meskipun kenyataan hingga saat ini, partai-partai di Indonesia dinilai belum berhasil melahirkan tokoh-tokoh yang baik.
"Kalau partai-partai menggunakan simbol agama tapi tidak berhasil melahirkan negarawan dan tidak menunjukkan prestasinya, ya wajar saja kalau partai-partai keagamaan semakin surut. Di sisi lain, partai-partai nasionalis juga mempunyai sayap-sayap agamis," pungkasnya.
(kha/mok)