Mas Saleh Tempuh 4 Jam Melawan Kemacetan Demi Latih Paskibra

Mas Saleh Tempuh 4 Jam Melawan Kemacetan Demi Latih Paskibra

- detikNews
Selasa, 24 Sep 2013 14:26 WIB
Mas Saleh bersama keluarga (Bagus/ detikcom)
Jakarta - Tak terasa latihan baris-berbaris di SMAN 78 oleh Paskibra 78 telah usai. Sang Pelatih, Saleh (43) membubarkan pasukan didikannya itu setelah mengevaluasinya.

Meski latihan tepat usai pulang sekolah selama satu setengah jam, pasukan itu nampak masih berenergi untuk bersenda gurau. Sama sekali tidak nampak beban di kepala mereka dari materi yang diberikan, yang bahkan beberapa diantaranya menyiratkan raut masih ingin berlatih bersama.

Bagi seorang tenaga pendidik formal mungkin wajar bila jarak jauh bukan halangan untuk mengajar. Namun, Saleh yang hanya pelatih kegiatan ekstrakurikuler ternyata tinggal jauh dari wilayah SMAN 78 Jakarta tempatnya mendidik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya tinggal di Pondok Gede sejak tahun 1990. Jauh memang, kurang lebih dua jam setengah kalau tidak macet. Kalau macet bisa sampai empat jam, padahal sudah naik Trans Jakarta itu,” ujar Saleh di SMAN 78, Kemanggisan, Jakarta Barat, Senin (23/9/2013).

Usai shalat maghrib ia beranjak menuju rumahnya yang terletak di timur Jakarta itu. Memastikan pasukan didikannya yang masih berstatus siswa telah pulang seluruhnya, ia pun berangkat menerjang rutinitas tak kenal lelah di jalanan ibu kota.

Mengarungi titik macet ibukota dari Slipi, Pancoran, Cawang, Cililitan, hingga Pondok Gede, tak gentar hatinya untuk tetap mengabdikan diri melatih Paskibra di SMAN 78 Jakarta. Mungkin upah yang ia dapat tidak sebanding dengan perjuangannya selama ini, tapi bukan itu yang ia tuju.

“Yang penting bagi saya adalah, bagaimana pendidikan yang saya berikan itu bermanfaat bagi para peserta didik itu. Walaupun non-formal, tapi kalau bermanfaat bagi mereka tentu akan bermanfaat pula bagi saya,” tutur Saleh setelah perjalanan panjang menuju rumahnya di Jl. Persatuan no 85, Kelurahan Jati Rahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi.

Halaman rumah sederhana itu memang luas, masih ditumbuhi pohon buah-buahan seperti rambutan, nangka, dan pisang. Sudah pukul 21.00 WIB saat ia sampai rumah, anggota keluarga di rumah itu telah beristirahat.

“Jadi di rumah ini kami tinggal ada 5 KK (kepala keluarga), total ada 18 orang yang tinggal di sini. Orang tua saya masih di sini, kemudian kami empat bersaudara yang masing-masing telah berkeluarga dan memiliki anak pun semua tinggal di sini,” papar saleh.

Tampak dari gerbang istrinya, Evi (40) memasuki halaman rumah usai mengikuti pengajian. Disusul kemudian anaknya, Amin (13) yang juga usai mengaji. Keduanya mencium tangan Saleh yang merupakan kepala keluarga mereka.

“Karena Mas Saleh di sini anak yang paling sulung, jadi ya setiap pengambilan keputusan ia yang memimpin. Walaupun anak kami satu, tapi berasa punya delapan anak karena semua tinggal di sini. Kami pun saling mendidik satu sama lain, tidak ada istilah saling perhitungan diantara kami,” ungkap Evi.

Hidup sederhana sejak awal pernikahan tetap membuat pasangan ini harmonis. Dari sisi materi memang tidak nampak menonjol, tetapi cengkerama mereka di malam yang cukup larut itu mengartikan lebih dari gelimang materi.

“Mas Saleh memang sudah 25 tahun melatih Paskibra di SMAN 78. Saya sebagai istri tidak mempermasalahkan itu, yang penting adalah bekerja secara ikhlas, nanti pertolongan dari Allah akan datang dengan sendirinya. Memberikan pendidikan itu kan hal yang mulia, walaupun hanya pendidikan non-formal,” imbuhnya.

Malam itu cukup terang dengan fase bulan yang hampir penuh. Cukup untuk menerangi senda gurau mereka sebelum beristirahat di malam hari. Saleh bukanlah satu-satunya pengabdi pendidikan non-formal di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri jasa mereka layak disebut sebagai pendidik dan sudah saatnya ditengok oleh pemberi kebijakan.

Agaknya orang seperti Saleh layak disebut sebagai ‘Guru tanpa sebutan pahlawan tanpa tanda jasa’.

(bpn/gah)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads