Berdiri melingkar dengan dipimpin seorang pelatih, 30 siswa dan siswi tersebut tampak antusias. Sang pelatih, Saleh sedang memberikan pengarahan sebelum latihan di lapangan sebelum tiba-tiba muncul kejutan yang tidak diduga-duga.
"Selamat ulang tahun kami ucapkan, selamat panjang umur kita kan doakan, selamat sejahtera, sehat, sentosa. Selamat ulang tahun dan bahagia...horeeee..selamat ulang tahun, Mas Saleh!" para siswa dan siswi tersebut bernyanyi dan seseorang memberikan kue kepada sang pelatih di SMAN 78, Kemanggisan, Jakarta Barat, Senin (23/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, inilah yang membuat saya betah melatih selama 25 tahun di Paskibra 78 ini. Nilai-nilai kekeluargaan seperti ini yang selalu saya tanamkan kepada mereka. Ini juga yang membuat para alumni kami (Paskibra 78) masih sering kembali ke sini untuk sekedar kumpul bareng ataupun bertukar ilmu," ungkap sang pelatih, Saleh.
Setelah momen mengharukan tersebut, tak lama kemudian latihan berbaris pun dimulai. Sengatan mentari senja tidak kemudian membuat mereka patah arang. Mungkin yang terlihat hanya latihan berbaris membosankan, tapi mengapa mereka rela melakukan itu?
"Jangan melihat sebuah proses pendidikan hanya dari permukaanya saja. Lihat lebih dalam lagi bagaimana suasana kekeluargaan dapat membuat mereka lebih mudah menerima materi pendidikan," katanya.
"Tentunya ini bukan proses yang instan, perlu pembiasaan dan komunikasi yang terjalin baik. Inilah kadang yang sering diabaikan oleh pendidikan formal. Ketika tujuan yang dicapai hanyalah angka, maka terbebanilah anak didik. Tetapi kalau tuuanya perubahan sikap yang berlandaskan ideologi Pancasila, maka inilah yang terjadi, mereka terlihat tak ada beban kan?" papar Saleh.
Cukup lama mereka berlatih di sore hari bersuhu 28-30 derajat celcius itu. Pasukan berbaris itu nampak sudah mulai letih. Saleh kemudian memberi motivasi, sementara pasukan dalam posisi istirahat di tempat.
Sedikit demi sedikit mereka menyunggingkan senyum yang kemudian menjadi tawa. Agaknya semangat mereka telah kembali menyatu dengan tubuh mereka.
"Kalau dulu saya masih suka berikan hipnotis massal. Jadi kalau pasukan sudah mulai lelah, saya beri hipnoterapi dan kemudian mereka segar kembali. Kalau sekarang hipnoterapi lebih saya berikan kepada siswa kelas XII sehingga mereka bisa fokus belajar. Saya ini lulusan dari Authentic School of Hypnotic dan mendapat gelar Master of Hypnotherapy," terangnya kemudian melanjutkan melatih.
(bpn/gah)