"Saya sudah dapat referensi, laporan, dan Pak Dubes sebelum saya. Saya sudah bertemu beliau dan banyak bertukar pikiran. Setelah itu saya juga ingin melihat programnya, apa yang sudah dikerjakan dan bagaimana hasilnya, apa yang sedang dikerjakan kendalanya apa, dan apa yang belum dikerjakan," kata Ito saat berbincang dengan detikcom di RS Siloam, Semanggi, Jakarta Selatan, Kamis (19/9/2013).
Dari beragam referensi dan pertemuannya dengan Sebastianus, Ito mengaku sedang menyusun beragam program dan telah ada yang diprioritaskan. Ito melihat peluang bisnis dan investasi di Myanmar untuk para investor Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun menurut Ito ada beberapa kendala dalam proses investasi di Myanmar. Salah satunya adalah sistem perbankan yang belum terjaring dengan sistem internasional.
"Tantangan saat ini ya, bagaimana menciptakan satu sistem atau fasilitas yang tidak mempersulit penanaman investasi kita. Karena itu dialami pemerintah di sana, sistem perbankan yang belum link internasional dan sistem komunikasi," ujar Ito.
Selain itu, mantan Kabareskrim Polri ini juga menginginkan Indonesia bisa menjadi contoh baik demokratisasi pemerintah Myanmar. Ia juga mengharapkan Indonesia bisa dekat dengan Myanmar sebagai negara sahabat.
"Jangan sampai kita berjasa tapi negara yang tidak berjasa malah menikmati. Saya sangat optimis karena pernah bekerja di perusahaan besar, di mana pemiliknya tertarik berinvestasi di sana. Jadi kita fasilitasi atas nama negara. Tugas kita membuka jalur diplomatik," ujar Ito.
"Di sana sekarang terbuka, dulu tertutup, nah bagaimana memberikan sesuatu untuk Myanmar saat ini. Mungkin pemerintah di sana juga senang, karena kita memberikan semacam promosi bahwa ini Myanmar tidak seperti apa yang dibayangkan orang. Sehingga dengan adanya hubungan baik, ini lebih mempermudah bagaimana meminta Myanmar untuk meningkatkan kerjasama dengan kita," ujar Ito menambahkan.
Sementara itu, Ito menyambut baik perubahan pemerintahan di Myanmar yang kini sudah terbuka. Ia menilai pemerintah Myanmar sekarang sebagai reformis untuk pembangunan penduduk Myanmar, mirip dengan tokoh oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi.
"Presiden Myanmar yang sekarang juga mau menerima perubahan. Jadi dua-duanya sosok reformis. Tentunya merubah satu sistem tidak seperti membalik telapak tangan, Memerlukan waktu dan jangan sampai satu hal yang berubah secara drastis ini meninggalkan norma-norma yang baik," tutup Ito.
(vid/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini