Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) akan menggelar rapat pada Jumat (20/9) siang waktu GMT. Sebanyak 41 anggota Dewan Eksekutif OPCW yang bermarkas di Den Haag, Belanda akan membahas secara mendalam soal kesepakatan Rusia dan AS soal Suriah.
"Soal penghancuran senjata kimia Suriah," ujar Direktur OPCW, Ahmet Uzumcu seperti dilansir AFP, Kamis (19/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewan Eksekutif yang ada pada OPCW beranggotakan sejumlah duta besar dari negara-negara anggota, yang tentunya memiliki perwakilan di Den Haag.
Hasil pemeriksaan PBB menunjukkan adanya penggunaan senjata kimia di Suriah. Namun PBB tidak menyebutkan siapa dalang di balik penggunaan senjata kimia yang menewaskan ratusan orang di pinggiran Damaskus pada 21 Agustus lalu.
Menanggapi laporan ini, Suriah dan Rusia yang merupakan sekutu dekatnya bersikeras bahwa serangan kimia tersebut didalangi oleh kelompok pemberontak di Suriah. Sedangkan negara-negara Barat, termasuk AS menegaskan adanya bukti kuat bahwa rezim pemerintah Suriah yang bertanggung jawab atas serangan mematikan tersebut.
Menengahi perbedaan pendapat ini, Rusia muncul dengan memberikan usulan soal penyerahan dan penghancuran senjata kimia Suriah. Usulan ini disambut baik oleh AS yang kemudian menyepakati sejumlah ketentuan dengan Rusia.
Isi kesepakatan AS dan Rusia menyebutkan bahwa rezim Presiden Bashar al-Assad harus menyerahkan daftar seluruh senjata dan fasilitas kimia miliknya paling lambat Sabtu (21/9) mendatang. Setelah itu, proses penghancuran senjata kimia Suriah akan dilakukan di bawah pengawasan internasional, dengan batasan waktu hingga pertengahan tahun 2014.
Namun Presiden Assad, dalam wawancara dengan media AS Fox News, memperingatkan bahwa proses penghancuran senjata kimia tersebut tidaklah mudah. Menurut Assad, setidaknya dibutuhkan waktu paling cepat 1 tahun dan dibutuhkan biaya paling sedikit US$ 1 miliar untuk penghancuran tersebut.
(nvc/mad)