"Ini mini bar yang buat bapak saya," ujar Ahok di rumahnya, Sabtu (14/9/2013).
Mini bar ini terletak di lantai dasar, di samping ruang tamu. Tepat di pojokan ruangan, mini bar seluas sekitar 2x3 meter tersebut berbentuk menyudut. Banyak botol-botol bekas masih tersusun rapi di rak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lihat aja tuh tumpukan buku semua," kata Ahok.
Di belakang ruang tamu terdapat sebuah sanggar batik yang dinamainya Sanggar Batik Simpor. Simpor adalah daun khas Belitung yang digunakan untuk membungkus makanan.
"Dulu makanan apa saja dibungkus pakai daun Simpor. Seperti mie Bengkulu, tempe, dan makanan-makanan lain. Rasanya jadi lebih enak kalau pakai daun simpor ini," terangnya.
Sanggar tersebut sering digunakan oleh ibu-ibu PKK untuk membatik. Di situ terlihat sekitar 5 lembar kain tie dye berwarna kuning dan ungu yang baru saja selesai dilukis batik. Ada juga manekin dan etalase yang memajang pakaian hasil buatan tangan ibu-ibu PKK seperti baju dan tas yang terbuat dari bekas bungkus makanan.
"Dulu sering banget turis ke sini. Setelah ke tempat laskar pelangi pada mau kemari," kata Ahok.
Di depan sanggar tersebut terdapat area kosong yang cukup luas. Area itu biasa digunakan untuk nonton bareng pertandingan bola.
"Kita sediain genset untuk nonton bareng. Listrik disini sering naik turun. Nanti pas gol lampu mati, mending
langsung pasang genset nggak usah nunggu PLN," kata Ahok.
Menurut Ahok, area itu dahulu juga sering digunakan untuk acara bersama para kader partai saat dirinya menjadi pengurus Partai Indonesia Baru (PIB). "Tuh antenanya dipasang di pohon yang itu, tapi sudah ditebang," terang Ahok sambil menunjukkan pohon di ujung rumahnya ini.
(kff/kha)