Pengamat: Pola Penembakan Polisi Mirip dengan yang Beredar di Internet

Pengamat: Pola Penembakan Polisi Mirip dengan yang Beredar di Internet

- detikNews
Kamis, 12 Sep 2013 08:05 WIB
Jakarta - Dalam 3 bulan terakhir, 5 polisi tewas ditembak orang tak dikenal. Pola penembakan tersebut juga tidak jauh berbeda, yaitu dilakukan di tempat umum, bahkan yang terakhir dalam situasi yang masih cukup ramai. Apakah ini gerakan teroris?

"Polanya adalah pola jaringan gerilya kota," kata pengamat terorisme Noor Huda Ismail saat dihubungi detikcom, Rabu (11/9/2013) malam.

Huda mengatakan, pola tersebut mirip dengan paham yang selama ini beredar di internet. Sehingga dikhawatirkan kasus tersebut akan terulang kembali karena telah terlanjur beredar luas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu mengapa sasarannya polisi? Menurut Huda, jaringan tersebut memiliki dendam terhadap polisi, khususnya Densus 88.

"Terjadi pergeseran pada tahun 2009. Karena polisi melakukan pelanggaran HAM saat melakukan penangkapan terhadap pelaku teror," terangnya.

Sementara itu saat ini polisi mengalami kesulitan untuk menangkap pelaku. Sebab kali ini pelaku disinyalir berasal dari jaringan baru.

"Sekarang ini banyak jaringan baru, kecil-kecil. Mereka bergerak secara independen," ucap Huda.

Menurut Huda, peran aktif masyarakat juga sangat diperlukan dalam membantu mengungkap pelaku. "Masalahnya orang Jakarta ini kan cuek," ungkapnya.

Senada dengan Huda, Kriminolog dari Universitas Indonesia Mulyana W Kusumah mengatakan pola gerilya kota tersebut sudah cukup lama beredar di internet. Sehingga sangat mungkin dijadikan panduan oleh para pelaku teror.

"Judul bukunya Minimanual of the Urban Guerrilla, karangan Carlos Marighella," kata Mulyana.

Namun menurutnya polisi jangan terlalu kaku dalam menyelidiki kasus penembakan tersebut. Sebab kemungkinan motif yang melandasi pelaku tak sebatas teror belaka.

"Ada juga kemungkinan ke situ, maka persiapan proteksi akan lebih lagi. Polisi di lapangan harus kerja satu tim," terang Mulyana.

(kff/trq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads