Kisah ABG Jadi Sopir Metro Mini

Kisah ABG Jadi Sopir Metro Mini

- detikNews
Rabu, 11 Sep 2013 13:21 WIB
(Foto: dok detikcom)
Jakarta - Anak Baru Gede (ABG) ternyata tak cuma membawa sepeda motor atau mobil yang diberikan orang tuanya. Remaja di bawah umur ini, dengan emosi yang masih labil, ternyata sudah diizinkan membawa Metromini yang berkeliaran di jalanan Jakarta.

Seperti pengakuan Jaya (bukan nama sebenarnya), sopir Metromini 610 dengan rute Pondok Labu-Blok M, mengaku sudah bekerja mengemudikan Metromini dua tahun lalu. Kini usia Jaya 17 tahun.

"Saya udah narik Metro dari umur 15 tahun. Sebelumnya pernah sih narik angkot tapi cuma bentar, empat bulanan," kata Jaya ketika berbincang dengan detikcom, Rabu (11/9/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suka duka Jaya menjadi sopir Metromini hingga tahu selanya, kapan ada razia polisi. Menurutnya, polisi suka merazia di siang hari.

"Karena saya nariknya sore, jam lima sampai malam, jadi jarang kena tilang atau razia polisi, karena seringnya tuh siang-siangan gitu razianya. Kalau kebetulan lagi narik siang terus ada razia, ya udah, saya ngehindar aja, biasanya muter gitu," tuturnya enteng.

Dirinya pernah ditilang polisi dan Dishub sehubungan dengan kelengkapan surat seperti SIM, STNK, surat KIR dan izin trayek. Karena belum memiliki SIM maka Jaya membuat pengakuan lain.

"SIM emang saya enggak punya, ya udah bilang aja hilang SIM-nya. KTP mah jarang ditanyain, kalau ditanyain ya bilang aja lagi ngurus, udah. Waktu itu ditangkap terus belum ketemu lagi sama polisinya, udah gitu aja. Paling kalau kayak gitu izin trayeknya diambil, terus besoknya kita nebus di timer, bayar Rp 15 ribu," kata Jaya.

Jaya mengaku suka ngebut bila membawa Metromini kendati sudah diperingatkan penumpang. Namun Jaya mengabaikan teguran penumpang itu.

"Emosi sih pasti aja, tapi ya kita tahan aja. Kadang emang ada sih penumpang ibu-ibu yang protes gitu kayak bilang โ€˜Bang jangan kenceng-kenceng bangโ€™ saya iyain aja. Padahal ya kadang suka masih kenceng juga bawanya, hehehe," ujarnya terkekeh.

Kendati belum mengantongi SIM, Jaya tak ambil pusing. Yang penting dia bisa bekerja dan mendapatkan nafkah.

"Biarin ajalah, yang penting kita dapet duit. Lagian juga banyak kok yang enggak pegang SIM gitu, adalah beberapa. Saya sih sekarang emang lagi ngurus KTP dan emang ada niatan untuk bikin SIM, tapi nanti," tuturnya enteng.

Pengalaman serupa juga dialami Rendy (bukan nama sebenarnya) yang menjadi sopir Metromini dengan rute yang sama dengan Jaya. Rendy juga menjadi sopir Metromini sejak usia 15 tahun.

"Empat tahun lalu, awalnya ya jadi kenek, terus disuruh bawa Metromini. Biasa narik siangan sampai sore atau malam, tiga rit. Narik ya emang saya saya nggak ada KTP sama SIM," kata Rendy saat berbincang dengan detikcom hari ini.

Kalau ada razia, imbuhnya, hanya surat-surat kendaraan yang diambil. Seperti Jaya, Rendy kemudian menebus surat kendaraan yang disita melalui timer.

"Keseringan sih izin trayek, nanti kita nebusnya di timer, kasih duit Rp 13 ribu. Razia-razia gitu juga jarang sih, enggak sering-sering amat. SIM bilang aja lagi ngurus. Kalau KTP jarang ditanyain, misal ada juga bilag aja emang enggak ada, ya udah bilang enggak ada, dia (yang merazia) diem aja, terus palingan surat-surat mobil itu tadi yang diambil," tuturnya.

Sama seperti Jaya, Rendy belum ada rencana membuat SIM atau KTP. "Entar dulu deh," tuturnya.

Pantauan detikcom, Rendy cukup lihai mengemudikan Metromini. Namun dia sering tidak menjaga jarak saat mengerem sehingga terkadang cukup membuat penumpang was-was.

(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads