Sewa di Atas Sewa di Rusunawa

Penyelewengan di Rumah Susun

Sewa di Atas Sewa di Rusunawa

- detikNews
Rabu, 11 Sep 2013 11:26 WIB
Warga Rusun Marunda menghibur diri dengan cara bermain ke pantai yang letaknya tepat di belakang rusun. (Fotografer - Hasan Al Habshy)
Jakarta - Ade, 30, duduk santai di lantai dasar Cluster B, Blok 1, rumah susun sewa sederhana (Rusunawa) Marunda, Jakarta Utara, Rabu sore pekan lalu (04/09/2013). Sembari memomong anak semata wayangnya, warga yang sejak awal 2013 menghuni rusunawa Marunda mengungkapkan praktik sewa di atas sewa dan orang yang memikili lebih dari satu unit rumah susun sudah bukan menjadi rahasia umum.

Tidak hanya di Blok 1 yang ia tempati, tapi juga di blok dan cluster lainnya. “Banyak yang disewain, yang punya lebih dari satu unit juga banyak, ada yang sampai (punya) empat. Gak hanya di blok sini aja,” katanya ketika ditemui detikcom.

Menurutnya, orang-orang yang memiliki rusun lebih dari satu unit itu bermain dengan pihak pengelola dengan memberi sejumlah uang sogokan dengan nilai paling kecil Rp 5 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihak yang membisniskan tersebut tidak merasa rugi sebab jumlah uang tersebut akan sangat cepat kembali melalui uang sewa rusun yang kembali ia sewakan kepada orang yang membutuhkan.





Dengan perhitungan biaya sewa rusun berkisar antara Rp 800 ribu hingga Rp 1,2 juta, maka uang Rp 5 juta sebagai modal yang digunakan untuk mendapatkan Surat Perjanjian menghuni rusunawa Marunda tersebut akan dapat kembali hanya dalam waktu beberapa bulan.

“Dia bayar sewa ke pengelola cuma Rp 300 ribuan, tapi dikontrakkan bisa sampai Rp 1,2 jutaan, sebentar doang udah balik tuh modal,” ujar Ade yang baru menganggur setelah keluar dari tempat kerjanya di Samsung, Cikarang.

Praktik sewa di atas sewa rusunawa Marunda sejauh ini berjalan mulus. Setiap jadwal inspeksi mendadak (sidak) yang akan digelar oleh pihak terkait juga pasti akan bocor. Sebab adanya oknum-oknum yang akan memberikan informasi tersebut kepada pemegang SP rusunawa.

“Sidak itu udah bocor duluan, dan juga sidak biasanya juga cuma ngelihat unitnya kosong apa nggak,” ungkap Ade.

Ade mengakui ia dan penghuni lain sebenarnya tahu orang-orang dan oknum yang memiliki lebih dari satu unit dan yang menyewakan kembali unit rusunawanya. Namun, warga tidak berani membocorkannya karena pasti akan mendapat tekanan dan perlakukan kekerasan dari preman-preman pemilik SP lebih dari satu tersebut.

"Yang sudah-sudah begitu, pernah ada yang bocorin langsung didatangi preman. Makanya warga gak ada yang berani buka mulut,” kata Ade.

Sementara itu salah satu penyewa yang tidak memiliki SP mengakui ia sebenarnya tahu bahwa rusunawa tidak boleh disewakan kembali. Namun, letak rusunawa Marunda yang berdekatan dengan kampus dan kondisi bangunan serta fasilitasnya jauh lebih layak dibanding mengontrak di rumah warga sekitar, membuat ia dan rekan-rekannya memilih mengontrak rumah di rusunawa Marunda.

“Perabotannya juga disediakan di rusun ini,” kata mahasiswa yang tidak mau menyebutkan identitasnya ini saat ditemui detikcom.

Mahasiswa pelayaran tersebut menambahkan, ia tidak sendiri menyewa rusunawa melainkan bertiga dengan teman-temannnya sesama mahasiswa. Biaya sewa yang Rp 900 ribu per bulan pun menjadi ringan dibagi bertiga. “Jadi setiap orang Rp 300 ribu,” kata dia yang menyembunyikan identitas pemilik SP unit rusunawa yang ia sewa.


(brn/brn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads