"Ayah nggak ada masalah dengan siapa pun, biasanya Ayah suka curhat sama aku, Ayah nggak cerita sama Ibu, ngomongnya sama aku, baru nanti aku yang cerita ke Ibu," tutur putri pertama Sukardi ini saat ditemui di Asrama Kepolisian Gedung Sanggita, Jl Cipinang Baru Raya, Jakarta Timur, Rabu (11/9/2013). Lokasi ini menjadi rumah duka tempat Sukardi disemayamkan.
Sukardi sering berpesan kepada anak-anaknya agar fokus pada sekolah. Namun jika tidak menggangu pendidikan, Sukardi tidak melarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenangan terakhir yang bakal diingat Dita adalah kejadian dua hari lalu. Saat itu dia bangun kesiangan di saat waktunya salat subuh.
"Sama ayah dibangunin, kakinya digelitikin, 'Jangan lupa salat subuh'....," kata Dita yang tidak kuasa kembali menahan kesedihannya.
Dita kembali menangis. Sang adik, Devi Novita (16), yang duduk di sebelah Dita berusaha menenangkan. Dita yang sibuk menyeka air matanya terus dipegang tangannya oleh Devi.
Tidak berapa lama, tampak beberapa rekan Dita datang. Ia pun menyampiri temannya itu.
Kali ini giliran Devi yang menangis di samping peti jenazah. Meski beberapa keluarga mencoba menenangkan, namun siswa SMP itu terus berurai air mata. Dia menolak pergi dari peti jenazah yang sudah dibalut bendera merah putih itu.
(mok/nrl)