Selama sepekan, M Nuh berada di luar negeri mengikuti lawatan Presiden SBY ke Kazakhstan, Polandia, dan Rusia. Namun, M Nuh mengikuti secara seksama dan terus menerus pemberitaan kontroversi mengenai kuesioner ini melalui media online.
"Saya mengikuti terus pemberitaan itu. Kalau memang ada kuesioner soal itu, itu bahaya dan harus dihentikan. Tapi sesampai di Indonesia, saya akan pelajari kuesioner itu secara menyeluruh," kata M Nuh saat ditanya detikcom di Hotel Grand Emerald, Saint Petersburg, Sabtu (7/9/2013) menjelang keberangkatan menuju Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nuh berterus terang baru mengetahui ada kuesioner mengenai hal itu, meski menurut Kemenkes, kuesioner itu telah diedarkan sejak 2010. Menurut dia, materi kuesioner itu dibuat tanpa ada koordinasi dengan Kemendikbud.
Kemenkes sendiri sudah menyatakan akan melakukan evaluasi terhadp kuesioner ang menuai kontroversi itu. "Minggu depan kami akan evalusasi, kita akan cari titik masalahnya di mana," kata Direktur Kesehatan Anak Kemenkes, dr Elisabeth Jane Supandi Sabtu kemarin.
Menurut Jane, sebelumnya tidak pernah ada yang mempersoalkan soal isi kuesioner. Padahal, kuesioner serupa telah diuji coba pada siswa SMP dan SMA di enam provinsi sejak 2010.
Pihak Kemenkes mengakui ada keterbatasan dalam hal sosialisasi. Sehingga dalam evaluasi minggu depan, Kemenkes akan menggandeng beberapa pihak, seperti Kemendikbud, KPAI, dan LSM untuk berkonsultasi.
Kuisioner sempat mengundang kontroversi sebab menanyakan ukuran alat kelamin. Kuisioner kesehatan reproduksi itu untuk siswa SMP di Aceh. Kuisioner yang sama beredar juga di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, bahkan sudah disosialisasikan sejak 2011.
(asy/rvk)