Para tentara ini ditelanjangi setengah badan, diikat dan dipaksa menundukkan badan ke tanah. Sejumlah anggota kelompok pemberontak berdiri mengelilingi para tentara ini sambil menodongkan senjata ke tubuh mereka.
Terlihat sejumlah luka di punggung dan lengan para tentara Suriah tersebut. Sebelum tentara-tentara tersebut dibunuh, pemimpin kelompok yang bernama Abdul Samad Issa, yang juga dijuluki 'Paman', membacakan puisi sebelum dia melepaskan peluru pertama ke tubuh tentara Suriah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Video mengerikan ini direkam pada April lalu dan kemudian diselundupkan keluar dari Suriah oleh seorang mantan anggota kelompok pemberontak, yang mengaku ngeri dengan cara eksekusi semacam ini. Rekaman video ini kemudian diberikan kepada media AS, New York Times.
Sebutan 'paman' yang diberikan kepada Issa disebabkan karena dua wakilnya merupakan keponakannya sendiri. Mantan ajudan Issa yang juga memiliki duplikat video ini, menyatakan bahwa tentara-tentara Suriah yang dieksekusi mati tersebut pernah memperkosa wanita-wanita Suriah dan menjarah barang-barang mereka.
Ada bukti video yang menunjukkan tindak pemerkosaan dan penjarahan tersebut. Issa sendiri yang meminta agar eksekusi mati tentara Suriah tersebut direkam. Tujuannya agar dia bisa menunjukkan kepada donaturnya untuk memperoleh lebih banyak bantuan dana.
Pada bagian akhir video, terlihat jasad para tentara Suriah yang dibuang begitu saja ke dalam sumur. Tidak disebutkan lokasi eksekusi mati ini.
Menurut penelusuran New York Times, Issa diyakini membawahi 300 prajurit yang bersedia melakukan apapun yang disuruhnya, termasuk melakukan eksekusi mati. Pria berusia 37 tahun ini diketahui membentuk kelompok sendiri dengan menggunakan uangnya untuk membeli senjata dan membayar upah para prajuritnya. Tahun lalu, Issa diyakini mengoperasikan sebuah kamp pelatihan di Turki dan mengumpulkan senjata.
(nvc/ita)