Polisi Dinilai Tak Serius Usut Video Mesum Terkait Duit

Kasus Video Porno Mirip Anggota DPR

Polisi Dinilai Tak Serius Usut Video Mesum Terkait Duit

- detikNews
Kamis, 05 Sep 2013 16:48 WIB
Fotografer - Pool
Jakarta - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane mengatakan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri memiliki kemampuan yang prima untuk menyelesaikan kasus menyangkut teknologi informasi. Hal ini mengacu pada kinerja Polri dalam mengungkap kasus teroris yang mengedepankan pelacakan IT.

Neta menekankan kalau Bareskrim serius seharusnya kasus video porno yang diduga melibatkan anggota Komisi IX dari PDIP Karolin Margareta Natasha bisa diungkap dengan cepat dan tidak mengulur-ulur waktu. Ia mencontohkan keseriusan Polri dalam mengungkap kasus Ariel–Luna Maya yang menghebohkan publik tiga tahun lalu.

Keseriusan Polri ini dilakukan dengan menggandeng pakar digital forensik. “Polri bisa mengusutnya hingga kemudian Ariel disidangkan dan menjalani hukuman,” kata Neta kepada detikcom semalam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT





Bagi Neta alasan Polri yang tidak bisa mendeteksi gambar video porno menyangkut tingkat kualitas gambar yang sulit karena di-upload dari youtube bukan menjadi alasan. Pasalnya, kata dia, Bareskrim punya peratalan teknologi canggih yang dimiliki dibandingkan masyarakat sipil yang paham soal IT seperti akademisi atau mahasiswa.

Ketidakseriusan Polri dalam mengusut kasus ini membuat masyarakat berpikiran negatif terhadap kinerja instansi kepolisian. Selain itu, menurutnya, perlu desakan Komisi III kepada Badan Kehormatan DPR serta Polri terkait kasus ini. “Harus didesak. Kami juga kan mendesak Polri agar bisa bekerja serius,” ujarnya.

Lanjut Neta, persoalan lain ketidakseriusan Polri yaitu menyangkut kecemasan karena yang diduga terlibat adalah orang partai dan anggota DPR. Hal ini karena latar belakang anggaran Polri ditentukan kalangan DPR terutama Komisi III serta Badan Anggaran yang punya akses ke setiap fraksi-fraksi. “Sepertinya itu juga karena Polri juga tergantung anggaran lewat DPR,” katanya.

Adapun Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Pol Boy Rafli Amar mengatakan tim penyidik Bareskrim kesulitan mengindektifikasi pelaku kasus video porno yang diduga melibatkan anggota DPR. Meski punya peralatan teknologi digital forensik lebih lengkap, tidak menjadi jaminan bagi Polri untuk bisa mengungkap karena setiap kasus tingkatnya berbeda.

Jadi, misalnya, tidak bisa disamakan dengan kasus lain seperti video porno yang menyeret artis Ariel–Luna Maya. “Tingkat gambarnya sulit dan sudah tidak bagus karena banyak yang diubah,” kata Boy.

Ia juga menjelaskan dalam penuntasan kasus ini, Bareskrim juga memakai istilah cara scientific college tapi ada subtrip yang menyulitkan analisis karena gambar video itu di-upload melalui dari youtube. Gambar yang beredar di youtube pun tidak murni dan beda dengan gambar yang sebelum diunggah.

“Dari sudut miring ada sepuluh derajat yang artinya jadi susah identifikasi wajah pelaku. Bukan karena kita punya teknologi canggih lantas harus bisa semua karena setiap kasus beda-beda,” kata jenderal bintang satu itu.

Boy menambahkan, pihaknya sudah meneliti video ini dengan intensitas waktu tertentu menyesuaikan keperluan BK. Soal analisis video yang sulit itu juga di luar kehendak tim penyidk. Saat ini, hasil video yang sulit dianalisis sudah dilimpahkan kepada BK DPR dan bukan wewenang Polri untuk menanganinya kembali. "Kami sudah lama berikan hasilnya kepada BK. Kalau sekarang itu muncul lagi dan ingin diteruskan, saya tidak tahu,” ujarnya.

(brn/brn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads