Ahmed datang ke DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2013), sekitar pukul 11.00 WIB. Dia disambut Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq dan perwakilan Kemenlu.
Mahfudz membuka pertemuan dengan menyambut gembira kedatangan Ahmed. Dia menjelaskan anggota Komisi I lainnya sedang melakukan kunjungan kerja ke daerah, jadi hanya dirinya yang bisa menyambut Ahmed.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahmed kemudian diberi kesempatan untuk mengutarakan maksud kedatangannya ke DPR. Ahmed memulai dengan mengingatkan hubungan Indonesia dan Mesir yang memiliki ikatan sejarah. Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Kemudian Ahmed mulai menuturkan kondisi terkini negeri firaun. Menurut dia, kondisi di Mesir makin buruk setelah kudeta oleh pihak militer.
Ribuan jiwa melayang dan puluhan ribu lainnya menderita luka dan di penjara. Banyak pemimpin partai oposisi yang dipenjara oleh pemerintahan yang kembali lagi ke rezim militer.
Ahmed menyebut kudeta yang dilakukan oleh militer terhadap Morsi sangat tidak adil. Sebab, menurut dia, Morsi telah banyak memberikan kemajuan bagi Mesir baik dari segi ekonomi dan pendapatan nasional.
Dia mengatakan Ikhawanul Muslimin dan partai-partai Islam lainnya yang menjadi oposisi bertekad untuk terus melakukan demonstrasi hingga pemerintahan Morsi dikembalikan.
Ahmed juga mengeluhkan rendahnya dukungan negara-negara arab kepada Mesir. Namun dia menegaskan rakyat Mesir tetap akan berjuang demi kebebasan.
"Rakyat akan terus berdemonstrasi dan berjuang untuk kebebasan," kata Ahmed.
Ahmed menyatakan kondisi di Mesir dapat diperbaiki dengan dukungan politik dari negara-negara sahabat. Partai oposisi Mesir selalu membuka diri untuk menerima dukungan dan mendiskusikan penyelesaian masalah Mesir. Dukungan dari Indonesia pun diharapkan oleh Mesir.
Mahfudz pun menegaskan komitmen Indonesia untuk memberi dukungan ke Mesir. Indonesia berharap konflik di negara yang di kelilingi sungai Nil itu segera selesai.
(trq/mok)