Piala itu ditinggalkan Hasoloan Selasa (3/9) kemarin sebagai bentuk kekecewaan maraknya pengrusakan hutan di willayah Toba, Sumatera Utara.
"Saya letakkan saja di pinggir jalan depan Istana Negara," ujar Hasoloan di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, Kamis (5/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi tidak ada orang dari Setneg yang menemui kami," ucapnya.
Pihak keamanan juga tidak mengizinkan dirinya masuk ke dalam lingkungan Setneg dan Istana. "Jadi saya letakkan saja di sana," kata Hasoloan.
Hasoloan adalah pimpinan LSM PILIHI yang bergerak dalam perlindungan lingkungan sekitar kawasan Danau Toba. Salah satu alasan penting dirinya mengembalikan Kalpataru adalah banyaknya laporan kegiatan pengrusakan hutan tetapi tidak direspon oleh pihak terkait sepertii Dinas Kehutanan, dan kepolisian.
"Kalau kami ke sana dan bertanya, Dinas Kehutanan bilang tidak ada dana operasional," jelasnya.
(fiq/mok)