Kapolres Poso: Teroris Gunakan Pola Baru dalam Melakukan Teror

Kapolres Poso: Teroris Gunakan Pola Baru dalam Melakukan Teror

- detikNews
Kamis, 05 Sep 2013 03:24 WIB
Jakarta - Poso, selalu dikaitkan dengan serangkaian aksi teror selama ini. Beberapa pengungkapan yang dilakukan tim Densus 88/Antiteror, kerap menemukan adanya tali temali antara kelompok teroris dengan jaringan Poso.

Kapolres Poso Kota AKBP Susnadi mengatakan pola lama yang dilakukan pelaku teror adalah dengan melakukan kaderisasi yang terpusat di wilayah eks konflik 2003-2007. Sehingga wilayah itu menjadi pusat komando kelompok-kelompok bersenjata.

"Sekarang polanya sporadis. Mereka kirim mentor pelatihan ke luar Poso, melatih di situ, cari dana di sana, dan merekrut orang lalu dipersenjatai di sana," kata Susnadi usai penutupan Apel Kasatwil di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jabar, Rabu (4/9/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Susnadi mengakui, dari beberapa pelaku teror yang terungkap, rata-rata mereka berasal dari luar Poso. Berkaca dari itu, pihaknya menggencarkan upaya pencegahan dan deteksi dini dengan melakukan operasi yustisi ke rumah-rumah penduduk di beberapa titik yang dinilai memiliki tingkat kerawanan tertentu.

"Dari operasi ini beberapa efektif," katanya.

Namun, tidak dipungkiri pihaknya kerap terkendala dalam menjalankan operasi tersebut. "Ada sebagian masyarakat yang menjadi simpatisan mereka, sehingga mereka menutupinya," jelas Susnadi.

Faktot geografi dengan garis pantai yang panjang dan banyak pegunungan, tentunya menjadi kendala tersendiri pihaknya dalam menjalankan operasi dan pengejaran pelaku teror.

Oleh sebab itu, sebagai kepala satuan Polres Poso, dia membekali seluruh anggota dari berbagai kesatuan untuk memiliki keahlian khusus.

"Kami latih menembak, sniper, dan gerilya karena wilayah dimana banyak pegunungan," ujarnya.

Dari berbagai pengungkapan, Polres Poso mencatat masih ada 21 buron kasus terorisme yang saat ini masih dalam pengejaran aparat. Termasuk satu nama yang selalu disebut sebagai otak dari kejadian-kejadian teror di Indonesia, Santoso.

"Dia bergerak berpindah-pindah, tidak berdiam di satu titik," jelas Susnadi.

Santoso, yang pernah mengenyam pendidikan di salah satu pesantren ternama di Solo, mampu bertahan hidup dengan cara mengandalkan bantuan logistik dari simpatisannya. Bila diperkirakan logistik menipis, maka ada suruhannya yang akan mengirim logistik kepada Santoso.

"Seperti yang terakhir terungkap, dia adalah penyuplai logistik untuk Santoso," katanya.

Upaya pencegahan tidak cukup dari pihak aparat semata. Dia berharap seluruh elemen yang ada di Poso dan Sulawesi Tengah dapat mengoptimalkan peran pencegahan dan perhatian.

"Khususnya bagi keluarga-keluarga yang suaminya ditangkap atau meninggal dunia," ujar Susnadi.

(ahy/rmd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads