Kasus Kejahatan yang Membuat Tersenyum

Kasus Kejahatan yang Membuat Tersenyum

- detikNews
Rabu, 04 Sep 2013 14:57 WIB
Kasus Kejahatan yang Membuat Tersenyum
Foto: Ilustrasi
Jakarta - Kejahatan di Jakarta punya banyak modus. Ada yang bermodus dengan senjata mematikan, tapi ada juga modus yang membuat senyum di kulum. Tapi ada juga yang mengadu ke polisi karena merasa menjadi korban kejahatan.

Berikut ini tiga kejahatan yang membuat tersenyum :



Stres 'Dapat' Undian Rp 1 M, Turisam Lapor Polisi

Foto: Ilustrasi
Stres 'Dapat' Undian Rp 1 M, Turisam Lapor Polisi

Kejadian ini terjadi pada 2006 lalu. Saat itu Turisam (44) mendatangi SPK Polda Metro Jaya, Jl Sudirman, karena merasa memenangkan undian Rp 1 miliar namun uangnya tak pernah diperolehnya. Ia mengadukan penipuan Rp 1 miliar yang dilakukan PT Torabika Eka Semesta, produsen kopi merek Torabika.

"Saya mau tahu hadiahnya sudah turun atau belum," kata Turisam saat ditemui wartawan di Sentra Pelayanan Kepolisian Polda Metro Jaya waktu itu.

Turisam membawa-bawa satu bungkus bekas kopi Torabika Mocca yang dihiasi hologram kuning. Dalam hologram itu tertulis 'Tukarkan dengan 1 sachet atau bungkus Torabika Mocca'. Tapi Turisam berpendapat lain. Ia berpikir mendapatkan hadiah Rp 1 miliar.

"Sachet dalam bahasa Cina kan artinya Rp 1 miliar," cetus dia.

Turisam mengaku mengaku sudah mendatangi produsen Torabika untuk menagih uang tersebut. Namun pihak perusahaan tidak mempedulikannya, sehingga ia melaporkannya ke polisi pada 12 Mei 2006 lalu. Kedatangan Turisam kali ini ke Polda untuk menanyakan perkembamgan kasusnya.

Menurut Kepala SPK Polda Metro Jaya Kompol Jadi, masih banyak orang-orang seperti Turisam yang sering mengadu ke SPK. Dia mencontohkan ada seorang pelapor yang mengaku sebagai presiden terakhir Indonesia.

"Dia bilang sudah dapat wangsit dari Soekarno," kata Kompol Jadi sambil tersenyum.

Pelapor itu sering datang ke SPK untuk meminta harta Bung Karno segera diserahkan ke tangannya. Menurut Kompol Jadi, awalnya polisi tidak tahu kalau tamu itu mengalami gangguan kesehatan jiwa. Karena mereka biasanya berpakaian rapi dan tidak menunjukkan kelainan apa-apa.

"Hanya laporan mereka saja yang ngawur," ujarnya.

Nuryamah Kejer, Rambut Sedengkul Dipotong Orang Iseng di Bus

Foto: thinkstock
Peristiwa ini terjadi pada 2007 lalu. Saat itu wartawan yang sedang berada di ruangan SPK Polda Metro Jaya dikagetkan tangisan seorang wanita. Wanita itu menangis tersedu-sedu di dalam ruangan tersebut.

Para wartawan sempat mengira wanita ini merupakan korban pelecehan seksual atau yang sejenis. Namun ternyata setelah ditanya ternyata dia menangis karena rambutnya yang semula sepanjang dengkulΒ  tinggal sebahu karena dipotong orang di dalam bus kota.

Peristiwa ini terjadi saat Nuryamah (35) beserta ibunya Emah (52) menaiki bus P27 jurusan Blok M-Bekasi. Nuryamah duduk di bangku bagian belakang. Rambutnya yang panjang tergerai diikatnya dengan karet. Ketika sampai di sekitar Jembatan Semanggi, Nuryamah yang hendak membetulkan ikatan rambutnya, merasakan rambutnya ditarik-tarik. Begitu dia meraba mahkotanya, alangkah kagetnya dia mendapati rambutnya tinggal sebahu.

Nuryamah langsung mencari orang iseng yang belakangan diketahui bernama Agus itu. Agus sempat turun dari bus dan mencoba kabur. Nuryamah yang tidak rela rambut kesayangannya itu mengejar Agus. Agus berhasil diamankan 4 petugas polisi.

Agus yang diikat tangannya dengan tali rafia kemudian bersama korbannya dibawa ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK). Tas milik Agus dan sebuah gunting kecil diamankan petugas. Di ruang SPK, Nuryamah menangis meraung-raung sehingga menjadi tontonan warga yang sedang melapor, petugas yang berdinas dan wartawan. Ny Emah berusaha menenangkan putrinya yang terus menangis kencang. "Sudah Nak, tenang-tenang," tuturnya.

Copet Dikerjai Korbannya di Sarinah Thamrin

Foto: thinkstock

Pencopet di Jakarta punya banyak modus mengembat harta sasaran. Bandit jalanan ini bekerja berkelompok untuk mengelabui korban. Namun kali ini komplotan pencopet ini kena batunya dan malah dikerjai target.

Peristiwa ini berawal ketika Indra, seorang pekerja di kawasan Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, berangkat kerja dengan menggunakan bus TransJ pada 27 Agustus 2013. Seperti biasa Indra turun di halte busway Sarinah kemudian berjalan ke luar koridor dengan menyusuri tangga jembatan penyeberangan di kawasan bisnis tersebut.

Saat turun dari tangga jembatan, pekerja ini melihat ada seorang pria yang bersandar di tangga. Pria bertubuh kurus yang mengenakan pakaian kemeja dan tas ala orang bekerja ini sepertinya dikenalnya.

"Saya perhatikan kok sepertinya saya kenal. Setelah diperhatikan lagi ternyata orang ini pernah mencopet di kawasan itu," kata Indra kepada detikcom, Rabu (28/8/2013).

Indra kemudian berjalan ke arah pria tersebut. Namun dia sudah bersiap-siap jika pria tersebut mencopetnya. Pencopet itu mencoba menghadang Indra bersama seorang pencopet lain yang mendekati dari arah belakang. Copet itu kemudian menaruh korek api di kaki kanannya dan menepuk-nepuk kaki Indra.

"Dia berharap konsentrasi saya berpindah ke bawah, tapi saya sudah tahu trik ini," kata Indra.

Karena sudah hapal modus pengutil, Indra itu tidak memperhatikan korek di kaki pencopet tapi lebih berkonsentrasi pada tas yang sedang dia bawa. Dia juga terus memperhatikan gerak-gerik dua orang itu. Begitu dua pria itu hendak mencopet, Indra langsung berteriak 'Copet ya lo

Mengetahui aksinya terbongkar, duo copet ini panik. Mereka mengelak. "Siapa yang copet, situ yang menendang korek saya. Kamu seenaknya menuduh kita copet!" kata copet itu seperti ditirukan Indra.

Indra kemudian menelepon nomor polisi untuk melaporkan kedua copet itu. "Kalau kamu bukan copet diam di sini, saya telepon polisi dulu," katanya kepada pencopet.

Indra mencoba menelepon 110 tapi tidak tersambung. Kemudian dia mengontak nomor telepon 112 tapi tidak diangkat. Indra kemudian mencoba mengontak 108 untuk meminta nomor telepon polisi terdekat.

"Saya kontak-kontak tapi tak diangkat juga nomornya, padahal saya mau laporan ada copet. Ini kalau begini mau laporan ke mana lagi," sesalnya.

Pencopet yang ada di depannya mulai gelisah. Begitu Indra sibuk mengontak polisi, kedua pencopet itu lari dan naik ke bus yang lewat. Indra mengejar pencopet itu dan memberi tahu sopir bus yang dinaiki si copet. Sopir itu kemudian berhenti, namun copet itu kabur lagi.

"Sopirnya sudah berteriak 'copet' tapi pelakunya tetap bisa kabur," tutup Indra.
Halaman 2 dari 4
(nal/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads