Sejak pukul 11.00 WIB, ratusan warga Batang tiba di depan gedung DPRD Jateng dengan diangkut lebih dari 10 truk. Mereka berorasi dengan menggebu-gebu menolak pembangunan PLTU terbesar se-Asia Tenggara yang berlokasi di Batang itu.
Peserta aksi menyayangkan aksi brutal yang dilakukan oknum aparat pada hari Senin (2/9) lalu. Saat itu pihak warga yang awalnya ingin bernegosiasi tiba-tiba bentrok dan dipukuli oleh oknum aparat. Bahkan dua siswa SMP juga dipukuli hingga di lempar ke sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada dikatakan oleh seorang nenek bernama Wasimah. Ia berorasi sambil berteriak meminta Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menghentikan megaproyek PLTU Batang. Ia mengaku menjadi korban dalam bentrokan yang terjadi hari Senin lalu.
"Saya nenek-nenek dibuang gitu saja ke comberan sama aparat. Apa itu aparat yang menyakiti rakyat. Kami enggak nuntut dikasih beras, ikan, dan pekerjaan, kami hanya minta rencana pembanguna PLTU di Batang dibatalkan," ujarnya.
Selain berorasi, warga juga membawa amplop raksasa berukuran 5x2 meter bertuliskan "Kepada YTH: Bp. Ganjar Pranowo, Hal: Keberatan Ijin Amdal PLTU Batang yang berkekuatan 2x1000 megawatt". Amplop tersebut sebagai bentuk simbol menyurati Gubernur Jateng agar menepati janji dan memindahkan lokasi pembangunan PLTU.
Hingga saat ini ratusan warga Batang yang dari Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Wonokerso, dan Roban masih berunjuk rasa. Sedangkan 16 perwakilan diperbolehkan masuk ke kantor Gubernur untuk melakukan audiensi.
(alg/try)