Massa datang dengan membawa beragam senjata tajam, seperti pisau, golok, hingga celurit. Akhirnya dua kelompok massa tersebut terlibat bentrokan. Polisi yang menjaga situasi, turun tangan menenangkan massa yang terlibat adu jotos tersebut.
Di atas panggung, capres yang tengah berorasi terpaksa menghentikan kampanye penyampain visi-misinya di hadapan massa yang bentrok. Selanjutnya, petugas kepolisian menggunakan mobil khusus, mengevakuasi capres dengan menggunakan mobil khusus dan pengawalan ketat petugas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam acara simulasi ini hadir Wakapolri Komjen Pol Oegroseno, Kabaharkam Komjen Pol Badrodin Haiti, dan beberapa perwira tinggi lainnya dalam peragaan pengamanan tersebut.
Selain menggelar peragaan pengamanan masa Pemilu, beberapa alat yang dimiliki satuan elit Polri turut dimunculkan. Seperti kendaraan pengamanan, robot penjinak bom, sampai dengan senjata yang diguakan. Rata-rata, alat-alat tersebut buatan luar negeri. Namun ada pula beberapa alat hasil buatan dalam negeri, yaitu buatan PT Pindad dan PT DI.
"Bukan tidak cinta buatan dalam negeri, ini adalah senjata standar internasional untuk mengantisipasi tindakan pelanggaran agar tidak terkena pelanggaran HAM," kata salah seorang perwira dalam keterangannya di hadapan para Kapolres, saat memamerkan peralatan perlawanan teror.
Lihat saja kendaraan Baracuda yang biasa hadir di tengah massa yang berdemonstrasi. Kendaraan tersebut bermesin Korea dengan tahun pembuatan 2001 dan 2005, dengan ketebalan kaca 48 mm dan baja yang melapisinya 55,6 mm.
Senjata pelontar gas air mata buatan Perancis, baju khusus penjinak bom buatan Kanada. Khusus untuk satuan Perlawanan Teror (Wan Teror), helm yang dikenakan dan kacamata google made in Amerika. Sementara senjata buatan Austria dan Amerika.
"Karena tidak diragukan lagi akurasinya," ujar perwira tersebut.
(ahy/ndr)