"Oh jelas, kami juga menghadapi masalah begitu. Tapi itu 40 tahun lalu, sekarang sih nggak ada yang menolak di-rumahsusun-kan," jawab Tay Yew Nguan, deputy director Housing and Development Board (HDB), Singapura.
Kepada rombongan jurnalis Indonesia yang diundang Singapore Internasional Singapore, pria paruh baya ini kemudian mengisahkan sejarah pembangunan proyek rumah susun di Singapura yang dimulai pada 1965. Ketika itu wajah Singapura tidak ubahnya perkampungan kumuh raksasa. Para pendatang baru membangun rumah-rumah semi permanen di bantaran sungai dengan sanitasi memprihatinkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akhirnya setiap batang pohon dan tanaman produktif lain yang berdiri di atasnya kami bayar, jadi tidak cuma lahannya yang kami beli. Unit rusunnya kami lengkapi dengan perabotan rumah tangga dan dapat subsidi. Kasarnya kami bayar orang itu agar pindah ke rusun," ungkapnya dalam perbincangan di kantor HDB di Toa Payoh, Singapura, Selasa (3/9/2013).
Nguan mengakui metode seperti itu memakan dana luar biasa tinggi, namun hasilnya sebanding. Warga yang tinggal di rusun kualitas hidupnya meningkat drastis dibanding sebelumnya, dan perbaikan itu dilihat oleh warga yang masih bertahan di kampung-kampung kumuh.
Pemerintah Singapura juga memperbaiki prosedur dan perencanaan jangka panjang pembangunan rumah susun. Kini sebelum gedung rumah susun siap dihuni maka terlebih dahulu dibangun pasar, sekolah, jalur kendaraan umum dan stasiun MRT di dekatnya. Termasuk ruang terbuka hijau di sekelilingnya.
"Sehingga tidak ada lagi alasan enggan pindah ke rumah susun karena jauh dari pasar, tempat bekerja dan sekolah anak-anak. Kekhwatiran itu kami jawab terlebih dahulu dengan menyiapkan infrastruktur transportasi, disusul pasar, sekolah dan klinik," papar Nguan.
Kemudahan lain adalah kredit lunas kepemilikan unit rumah susun bagi setiap pasangan pengantin baru. Mereka didorong membeli unit rumah susun minimal dua dan tiga kamar tidur agar ketika anak-anaknya beranjak dewasa tidak perlu repot mencari unit rumah susun yang lebih besar.
Khusus bagi pasangan berpenghasilan rendah, diberikan subsidi kredit kepemilikan untuk pembelian pertama rumah susun murah. Juga ada skema bantuan bagi manula yang hidup sendiri karena pasangannya sudah meninggal dunia dan anak-anaknya hidup terpisah.
Sedangkan untuk mensiasati keterbatasan lahan, pembangunan gedung baru rumah susun diproyeksikan di lahan hasil reklamasi. Wilayah laut yang diurug adalah teluk dan selat kecil antar kepulauan.
"Sebab wilayah daratan kami sangat terbatas dan itu dipertahankan sebagai daerah resapan air serta penghijauan. Dengan mendirikan rusun di daerah reklamasi, kami juga tidak perlu membebaskan lahan lagi sebab lahan itu kan milik negara," jelas Nguan.
(lh/trq)