Ketua Panitia 17 Jimly Asshiddiqie mengakui salah satu dari 3 tujuan penamaan Jalan Medan Merdeka itu adalah untuk rekonsiliasi.
"Maksudnya ada tujuan mulia untuk rekonsiliasi gitu kan. Dulu ingatlah Bung Karno pada tahun 70-an, kelam nama baiknya. Baru selesai setelah Bung Karno dikukuhkan lagi pahlawan nasional tahun yang lalu," kata Jimly menjelaskan proses penggodokan penamaan kembali 4 ruas Jalan Medan Merdeka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut wawancara lengkap wartawan dengan Jimly Asshiddiqie di di Hotel Aryaduta, Jalan Prapatan, Jakarta Pusat, Senin (2/9/2013).
Tentang permasalahan penggantian Jalan Medan Merdeka bagaimana, Pak?
Itu lagi dibahas, nanti kita serahkan kepada gubernur (DKI) dan nanti pada saatnya gubernur akan konsultasi juga dengan Presiden dengan Mensesneg. Khusus untuk kawasan Medan Merdeka itu berbeda dengan jalan-jalan yang lain karena posisi strategisnya ada di Keppres tahun 95 yang mengatur itu, ada panitia pengarahnya diketuai oleh Mensesneg.
Yang penting dari masyarakat ada usulan, yang pertama usulannya cuma dua, ini follow up dari pengukuhan Bung Karno dan Bung Hatta sebagai pahlawan nasional. Jadi kita evaluasi ternyata di seluruh Indonesia banyak kota yang belum ada nama Jalan Soekarno.
Bahkan ada banyak sekali nama jalan yang dulunya Bung Karno diganti nama, sekarang kan Bung Karno dan Bung Hatta sudah jadi pahlawan nasional, ada juga kota belum ada nama kedua tokoh ini, atau ada juga kota yang punya nama Soekarno-Hatta
Nah jadi kita usulkan kepada gubernur tapi tadinya pribadi saja. Gubernur minta dibikin panitia, terpaksa kumpul beberapa tokoh, yang kebetulan tahun lalu itu ikut terlibat supaya Bung Karno dan Bung Hatta itu dikukuhkan lagi sebagai pahlawan nasional.
Jadi tokoh-tokoh itu saya undang, termasuk ketua DPR, ketua DPD, ada sejarawan Anhar Gonggong, Taufiq Abdullah, Ibu Moeryati Soedibyo, dan macam-macam.
Sesudah diusulkan ke DKI, mereka rapat. Selesai rapat, ternyata pejabat Pemda (bilang) nggak bisa kalau cuma dua, harus empat-empatnya. Jadi kita disuruh mencari dua nama lagi, bahkan kita dikasih data bahwa dulu Merdeka ini namanya dulu nama lapangan. Jadi menjelang G30S mau diresmikan oleh Bung Karno sebagai lapangan Medan Merdeka tapi nggak keburu diresmikan, sudah keburu G30S.
Sehingga nggak sempat diberi nama itu lapangan. Jadi alami aja sekarang namanya lapangan Monas, padahal Monas itu tugunya, dan tamannya harusnya Taman Medan Merdeka,
Kita sepakat dengan Pemda untuk ini dikukuhkan lagi sebagai Taman Medan Merdeka dan nama jalannya itu tidak perlu pakai nama Taman Medan Merdeka lagi, pakai nama jalan untuk mengabadikan tokoh-tokoh nama bangsa kita.
Nah kita mulai dengan Bung Karno dan Bung Hatta. Cuma karena yang dua harus diisi, kita baru rapat sekali sebetulnya, belum keluar, cuma dalam Panitia 17 ini. Kita juga mengajak ketua MPR sebagai penasihat, ketua DPR sebagai penasihat, ketua DPD sebagai penasihat, Jokowi sebagai gubernur sebagai penasihat.
Jadi kita undang rapat dan Jokowi datang telat, dia datang dengan banyak sekali wartawan. Jadi begitu kita membuat kesimpulan mengenai Jalan Medan Merdeka Barat dan Timur tapi ini belum tuntas, masih banyak perdebatan, berdebat ada yang setuju dan ada yang nggak. Yang (Jalan Medan Merdeka) Barat itu sekaligus untuk rekonsiliasi jadi namanya Jalan Jenderal Soeharto, sedangkan yang Timur berdebat lagi, Ali Sadikin, sebagai pembaru Jakarta.
Maka untuk sementara kita simpulkan dua ini tapi ini belum tuntas, belum selesai dan itu malah jadi ribut sekarang.
Tujuan kita itu ada 3:
1. Memberi penghargaan untuk sejarah, membangkitkan sejarah generasi sekarang.
2. Mengapresiasi kepahlawanan, ini kan pahlawan. Jadi kita mau angkat ini, kita pakai dengan nama-nama tokoh pahlawan.
Di seluruh Indonesia hanya ada dua kota yang menggunakan nama Jalan Soekarno, kan nggak pantas itu, yang sebelumnya ada nama-nama Bung Karno diganti karena stigma.
3. Rekonsiliasi, itu idenya termasuk ada usul kita harus misalnya di Bandung ada nama Majapahit, Gadjah Mada dan Majapahit harus ada. Sedangkan di Surabaya sebaiknya ada nama Jalan Padjadjaran dan Jalan Siliwangi.
Maksudnya ada tujuan mulia untuk rekonsiliasi gitu kan. Dulu ingatlah Bung Karno pada tahun 70-an, kelam nama baiknya. Baru selesai setelah Bung Karno dikukuhkan lagi pahlawan nasional tahun yang lalu.
Khusus nama Pak Harto ini belum final. Sesudah dari gubernur, nanti gubernur konsultasikan dengan presiden, sopan santunnya gitu, karena presiden juga ngantor di situ.
Kesimpulan itu untuk nama jalan Bung Karno dan Bung Hatta itu bukan panjang pendeknya, tapi posisi strategis tidaknya dia.
Jalanan Istana Presiden itu jadi Jalan Bung Karno, Jalan Istana Wapres jadi Jalan Bung Hatta, sekaligus kita menegaskan Taman Merdeka jadi nama, Monas dengan tugunya. Biar nama jalan dengan nama tokoh. Nah, yang dua masih kita diskusikan lagi. Yang Barat sama Timur.
Yang maki-maki banyak, yang mendukung juga banyak, ya namanya juga kalau ada. Selama ini penamaan nama jalan ini tidak ada pola, selama ini ujug-ujug aja, ditetapkan aja oleh Pemda. Kita evaluasi ternyata di seluruh Indonesia tidak ada pola aturan, di beberapa daerah terserah gubernur, tapi ada daerah tertentu yang mengharuskan keterlibatan DPRD, itu harus dengan Perda, jadi harus menggunakan pola.
Dengan adanya kontroversi ini, ini baik untuk pendidikan politik, ya masyarakat harus terlibat dalam mendiskusikan meskipun hanya urusan nama jalan, tapi jangan dianggap sepele nama jalan itu, ada nilai-nilai ketokohan.
Biar aja kontroversi nggak apa-apa, nggak usah ditolak, nggak usah disetujuin dulu, jadi ada yang setuju dan ada yang tidak setuju baik Ali Sadikin maupun Pak Soeharto.
Nama lain yang jadi pertimbangan?
Nama-nama yang masih jadi pertimbangan, jenderal bintang lima Abdul Harris Nasution belum ada nama jalanya, Jenderal Sudirman. Cuma memang kelemahanya Pak Harto dan Ali Sadikin belum pahlawan nasional. Nama jalan ini bukan untuk memuluskan gelar, bukan begitu diskusinya, belum sampai.
Ini kita baru sekali diskusinya, nggak apa-apa ini jadi kontroversi dulu. Coba bayangkan Bung Karno pada tahun 70-an, namanya pun dicoret orang saking orang nggak suka dengan nama Bung Karno. Jadi kita jangan tergantung pada emosi sesaat, kita lihat yang lebih besar.
Latar belakang pengajuan nama tokoh untuk jadi nama jalan?
Katanya harus ada masukan dari masyarakat, nanti dikaji oleh tim, tim DKI sudah menyatakan setuju, tapi ya itu nggak boleh cuma 2, harus 4.
Alasan mengambil nama Soeharto untuk Jalan Medan Merdeka?
Karena dia mantan presiden, dia kan nanti akan menjadi presiden terlama dalam sejarah Republik Indonesia karena sesudah reformasi, presiden hanya dapat menjabat 10 tahun, sampai saat ini paling lama ya Pak Soeharto.
Semua orang ada plus minusnya, sekarang orang lagi emosi. Tapi kalau untuk jangka panjang, rekonsiliasi kan bagus, walupun kita belum finalkan yang dua itu, baru (Jalan) Medan Merdeka Utara sama Selatan.
Kapan target waktu untuk penamaaan final ruas Jalan Medan Merdeka?
Maunya kita 10 November. Maunya kita, Presiden yang meresmikan, untuk memberi sinyal kepada seluruh kepala daerah, kabupaten kota dan gubernur memperhatikan penamaan jalan dengan memperhatikan nama tokoh-tokoh.
(nwk/nrl)