Risma tak mundur meski didemo warga lokalisasi. Karena Risma tahu, rencana penutupan lokalisasi adalah untuk kebaikan masyarakat. Di samping itu, masalah yang lebih serius adalah memperbaiki mental warga yang telah lama tinggal di area lokalisasi.
"Yang susah adalah memperbaiki mental. Mereka (yang menolak penutupan lokalisasi) sebenarnya orang tertindas, punya mental labil. Untuk itu, pasti masyarakat kami bantu," kata Tri Rismaharini saat berbincang dengan detikcom di ruang kerjanya di Balaikota Surabaya, Senin (2/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, Risma bahkan telah menyediakan ruang untuk taman baca Al-Quran, pelatihan ibu-ibu, Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan lahan untuk bazar rakyat.
"Kami beli beberapa rumah di kawasan lokalisasi (yang sudah ditutup). Nanti kami bangun sentra PKL, taman baca Al-Quran, pelatihan ibu-ibu, PAUD dan area bazar. Itu konsep smart city, untuk kebangkitan PKL," tutur Risma.
Inilah mengapa selama ini Risma bahkan berani meski harus menghadapi demo warga lokaslisasi. Karena menurut Risma, usaha apapun bila berhubungan dengan lokalisasi bukanlah usaha yang bisa berkelanjutan.
"Mana mungkin kita bisa berharap, anak-anak yang besar di lokalisasi bisa melanjutkan usaha seperti itu. Nggak kan? Makanya kami berniat memberi bantuan dan modal dari pemerintah propinsi," pungkas Risma.
Seperti diketahui, beberapa lokalisasi di Surabaya sudah berhasil ditutup oleh walikota lulusan ITS ini. Tiga lokalisai yang sudah berhasil ditutup yakni, Kremil, Tambakasri, dan lokalisasi Klakah Rejo, Benowo.
(bdh/mad)