Seperti dilansir AFP, Minggu (1/9/2013), sekitar 100 massa anti perang dan 50 pendukung serangan AS ke Suriah berdemo pada hari Sabtu (31/8) waktu setempat. Massa pendukung serangan AS tersebut merupakan pendukung kaum pemberontak Suriah.
Namun situasi di depan Gedung Putih masih bisa dikendalikan oleh kepolisian setempat. Para personil polisi yang juga terbagi menjadi dua grup menjaga para pendemo dari tepian masing-masing grup demonstran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu (perang) tak akan membuat rezim Bashar Al Assad berhenti, itu juga tak akan membuat Tentara Pembebasan Suriah berhenti," kata seorang pendemo berumur 34 tahun.
"Kita sekarang sudah kebanyakan perang. Ini bukan urusan kita (AS) karena mereka (Suriah) adalah bangsa yang berdaulat dan mereka tak menginginkan kita. Kita tak ada urusan untuk ke sana," kata seorang mahasiswa 24 tahun, Andrew Jones.
Salah seorang pendemo juga ada yang berasal dari masyarakat berkewarganegaraan ganda, Suriah dan AS sekaligus. Salah satunya Yahya Abo (26) yang menyatakan invasi AS ke Suriah bisa memicu perang besar.
"Perang besar seperti Perang Dunia III," ucapnya.
Namun, sekitar 50 massa pro oposisi Suriah yang mendukung campur tangan AS juga tak gentar berdemo. Mereka terus meneriakkan slogan melawan Presiden Bashar Al Assad. Mereka bahkan menyandingkan foto Assad dengan pemimpin NAZI Adolf Hitler.
"Jika Obama turun tangan di Suriah, setiap hari akan ada 10.000 orang terselamatkan!" teriak salah satu simpatisan pemberontak Suriah, Bassem Sahyouni (50).
(dnu/ahy)