"Kata dokter, walaupun sekarang dia kondisinya membaik tapi tetap saja, 20 tahun kemudian dia bisa anfal dan harus melakukan pencangkokan hati, itu jalan satu-satunya," kata ibunda Chipa, Panca Dewi Utami saat ditemui detikcom dikediamannya jalan Karya Usaha, Srengseng, Jakarta Barat.
Hari Jumat (30/8/2013) adalah hari pertama Chipa berada di rumah. Sehari sebelumnya, selama 11 hari ia terpaksa harus dirawat di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, setelah mengalami batuk serta mengeluhkan perutnya yang sakit setiap pagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada bulan Juli 2012, Chipa menjalani operasi pertama untuk pembuatan saluran empedu. Namun, ini hanya bersifat sementara. Kemungkinan terjadinya infeksi dalam saluran tersebut sangat besar sehingga jalan satu-satunya agar Chipa dapat sembuh total dengan melakukan transplantasi hati
Sejak Juli 2012, setidaknya sudah 3 kali anak tunggal pasangan Panca Dewi Utami (27) dan Ahmad Fuadi (35) harus masuk rumah sakit karena kondisi kesehatan yang menurun. Yakni di bulan April, Juni dan Agustus 2013.
Gejala yang dirasakan Chipa jika kondisinya menurun yakni dengan batuk yang keras diikuti oleh badan yang demam serta perut yang sakit karena melilit. Tak hanya itu, semua makan yang dimakan Chipa pun akhirnya dimuntahkan kembali.
Jika kondisinya menurun, badannya kembali akan terlihat lemas dan kuning. Air seninya pun berwarna merah marun. Segala upaya untuk mengobati penyakit putrinya ini terus dilakukan.
Sayangnya, semua harus terkendala oleh biaya. Gaji Dewi sebagai perawat RS swasta dan Fuad yang bekerja sebagai teknisi sebuah mall tak dapat membantu banyak dalam hal pembiayaan Chipa.
Tabungan yang dikumpulkan pasangan yang menikah tahun 2008 ini harus direlakan untuk biaya operasi pembuatan saluran empedu Chipa. Setidaknya mereka sudah menghabiskan dana Rp 40 juta untuk pengobatan Chipa.
"Operasi pertama itu, biayanya lebih dari Rp 25 juta. Untuk operasi lainnya kami harus minjam ke beberapa teman," lanjut Dewi.
Sejak Juni 2013, Dewi mendapatkan kartu KJS untuk dipakai anaknya berobat. Diakuinya ini cukup membantu dalam pembiayaan Chipa yang masih harus meminum obat dalam jumlah yang banyak.
"Setidaknya, uang yang seharusnya untuk biaya perawatannya Chipa bisa saya alokasikan untuk makanannya dia," tutur perawat RS Puri Mandiri ini.
Untuk menjaga gizi makanannya, Dewi mengutamakan Chipa makan sayuran dan buah di samping lauk-lauk tertentu. Minyak yang digunakannya pun minyak tertentu.
"Saya harus pakai minyak jagung, dan margarin yang 0% lemak. Kalau tidak, itu akan memperberat kerja organ hatinya,"
Meskipun kondisi Chipa baik-baik saja, Dewi dan Fuad menyadari jika itu tidak bisa diharapkan terus menerus. Mereka tetap harus mengupayakan dana agar anak semata wayang mereka ini dapat melakukan operasi transplantasi
"Dokter bilang kalau kondisinya terus menurun, umur Chipa hanya tinggal setahun lagi," kata Dewi dengan suara bergetar menahan tangis.
Ia telah melakukan studi bersama beberapa temannya. Berdasarkan hasil studi tersebut diputuskan jika untuk melakukan pencangkokan hati dibutuhkan dana Rp 2 miliar.
"Biayanya sekitar Rp 2 miliar di Singapura atau Cina. Tapi yang paling memungkinkan di Singapura. Kami tidak disarankan melakukan pencangkokan di Indonesia,"pungkasnya.
Dewi beserta kerabatnya saat ini melakukan penggalangan dana agar Chipa dapat melakukan pencangkokan hati. Mulai dari BBM hingga fanpage facebook www.facebook.com/love4chipa
(bil/gah)