"Dalam semua hal ini yang kami tahu -- semuanya -- komunitas intelijen Amerika punya keyakinan tinggi, keyakinan tinggi. Ini adalah akal sehat. Ini bukti. Ini fakta-fakta," tutur Kerry seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (31/8/2013).
"Kita tahu bahwa rezim Assad memiliki program senjata kimia terbesar di seluruh Timur Tengah," cetus Kerry.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kerry, serangan kimia itu dilakukan karena rezim Assad frustrasi untuk merebut kembali wilayah-wilayah di pinggiran Damaskus dari tangan para pemberontak.
Dalam laporan AS itu disebutkan bahwa intelijen AS menyadap komunikasi dari seorang pejabat senior rezim Assad yang membenarkan senjata kimia digunakan rezim Assad pada 21 Agustus tersebut. Pejabat tersebut cemas bahwa para penyelidik PBB akan menemukan bukti-bukti.
"Kami tahu itu. Jadi pertanyaan utama bukan lagi, apa yang kami tahu," tutur Kerry. "Pertanyaannya adalah, apa yang kita -- kita bersama -- akan lakukan soal itu," tandasnya.
Kerry juga menegaskan, pemerintah AS telah melakukan pengkajian yang seksama sebelum menyimpulkan bahwa serangan kimia memang telah dilakukan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Kerry pun menegaskan, pengalaman seperti kasus Irak tak akan terulang.
"Komunitas intelijen kami telah mengkaji dan mengkaji ulang dengan seksama informasi menyangkut serangan ini," kata Kerry.
"Itu telah dilakukan jauh lebih berhati-hati daripada pengalaman Irak. Kami tak akan mengulangi momen itu," tandasnya.
(ita/ita)