1. Tokyo, Jepang
|
Tahun 2013 kini, pemandangan itu tak juga berubah. Kendati kereta berganti dengan yang lebih canggih dan baru, 'Oshiya' masih bertahan, juga kewajiban mendorong penumpang dan menahan pintu agar kereta muat. Jam-jam puncak kereta di Tokyo adalah pukul 08.00-09.00.
(erocketnews.com)
Gambar itu adalah gambaran kereta komuter Saikyo Line yang membawa penumpang dari Prefektur Saitama ke Tokyo yang dioperasikan East Japan Railway Company seperti dikutip dari erocketnews pada 3 Juli 2013 lalu. Kereta itu memuat hingga 200 persen dari kapasitasnya.
Sama seperti di Jabodetabek, isu penambahan gerbong kereta masih sangat penting. Namun, kereta baru yang datang pada Juni 2013 itu hanya mengurangi kapasitas 10 persen alias masih kelebihan muatan hingga 90 persen!
2. Beijing, China
(Courtesy Youtube)
|
Lihatlah, gerombolan komuter itu yang seperti gerombolan semut yang siap mengerubungi gula (kereta) yang datang. Dalam video berdurasi 2,5 menit itu, terlihat penumpang yang hendak keluar kesulitan, dan penumpang yang masuk seperti siap 'menerkam' kereta itu. Saling dorong dan sikut pun tak terhindarkan.
Beberapa penumpang yang mungkin tak kuat lebih memilih keluar daripada ikut. Petugas stasiun yang berbaju kuning tampak menghampiri pintu-pintu kereta dan menutup pintu kereta dengan susah payah.
"Seperti stasiun jaringan kereta bawah tanah di Beijing, bottleneck bukanlah dari tangga berjalan atau gerbang yang sempit. Sederhana saja, terlalu banyak orang," demikian dituliskan dari salah satu situs di China, Beijing Cream.
Video ini dibicarakan di dunia online, dan ditonton 400 ribu orang hanya dalam 2 hari.
3. Sao Paulo, Brasil
(Foto: Reuters)
|
Saat jam sibuk, beberapa stasiun sampai harus menyiagakan banyak petugas untuk mengatur lalu lintas komuter di stasiun. Saat jam sibuk, kereta bisa datang tiap 100 detik sekali, demikian menurut World NYC Subway.
Saking padatnya, lihatlah ekspresi seorang penumpang komuter ini saat pintu ditutup.
(Foto: dok Reuters)
4. New York, AS
(Foto: theweeklyunwind.com)
|
Hal itu karena lonjakan pertumbuhan dalam industri kerja yang tidak mematuhi hari dan waktu kerja tradisional, demikian dikatakan William Wheeler, pejabat Metropolitan Transportation Authority (MTA) seperti dikutip dari Wall Street Journal (WSJ), 22 Juli 2013 lalu.
Dari tahun 2000 hingga 2011, jumlah pekerjaan di bidang seni dan hiburan telah meningkat sekitar 20%, pekerjaan di perhotelan telah meningkat lebih dari 30% dan pekerjaan dalam pelayanan pendidikan telah meningkat hampir 50%, menurut Biro Sensus Data dianalisis oleh MTA.
"Periode nonpeak tumbuh secara dramatis. Jam puncak jam merata. Semakin banyak orang yang naik ... di jam yang lebih sulit," kata Wheeler. Siklus ini sangat berbeda dengan 20 tahun lalu.
Tahun 1980, 941 ribu komuter New York bergerak di jam sibuk 6-10 pagi menuju Manhattan, sebagai pusat bisnis. Namun pada 2008, orang cenderung bergerak di wilayahnya untuk mendapatkan kerja. Hingga komuter yang menuju Manhattan pada 2011 menurun menjadi 892 ribu pada jam sibuk 6-10 pagi.
Dalam 24 jam, Wheeler mengatakan bahwa komuter yang berlalu lalang ke pusat bisnis Manhattan mencapai 1,5 juta sementara di tahun 2011 mencapai 1,9 juta. Ini berarti ada peningkatan penumpang dan penyebaran jam sibuk.
MTA sudah menyiapkan US$ 18 juta untuk mengembangkan stasiun dan jaringan subway dan bus.
Halaman 2 dari 5