Mereka mengangkat telunjuk tanggan ke arah kendaraan yang melaju kencang. Telunjuk dan lambaian tangan adalah kode bagi mereka untuk menawarkan jasa penumpang tambahan kepada mobil pribadi yang akan lewat jalur three in one.
Sistem three in one diberlakukan di beberapa ruas jalan di Jakarta pada pukul 7.00 – 10.00 pagi dan 16.30 – 19.00 WIB sore. Kebutuhan pengemudi agar terhindar dari tilang ternyata jadi peluang tersendiri bagi sejumlah orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pagi itu di ruas jalan Pattimura menuju Senayan, - tak jauh dari perempatan lampu lalu lintas di depan Markas Besar Polri- Jakarta Selatan, Tiwi berlomba dengan joki lain untuk mencari mobil yang membutuhkan jasa penumpang tambahan.
Seperti halnya empat orang wanita lain, Tiwi juga menggendong putra balitanya di dada kiri. Beberapa mobil tampak menepi dan mengangkut beberapa joki yang berdiri tak jauh darinya.
Dia tampak gusar. Sesekali ia berusaha menenangkan dan mengipasi anaknya yang merengek dalam gendongan karena kepanasan. Tiwi tak menghiraukan bising knalpot kendaraan dan panas yang menyengat kulitnya yang tanpa pelindung payung ataupun jaket.
Dia tetap berdiri menatap mobil yang silih berganti dari arah Blok M dan Antasari menuju ke Sudirman. Klakson mobil terdengar lalu sebuah mobil menepi. Meski mobil itu belum benar-benar berhenti, dua orang joki langsung mendekat dan berebut naik.
Tiwi hanya mengamati dari jauh. Puluhan mobil yang mengacuhkan telunjuknya makin membuat tak tenang. Pasalnya sejak pagi, ia hanya sekali naik dan baru mendapat honor Rp 25 ribu. Padahal waktu penerapan 3 in 1 sudah hampir habis.
“Ya begini, kadang-kadang untung-untungan,” kata Tiwi saat ditemui detikcom di jalan Pattimura, Rabu (28/8) kemarin. Tiwi hanya tersenyum saat ditanya soal pendapatannya sebagai Joki.
Dia mengaku pendapatannya sebagai joki sangat lumayan, dan bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Satu kali naik, Tiwi mengaku bisa mendapat honor Rp 25 sampai Rp 50 ribu. Dalam sehari ia bisa bolak-balik menjadi joki hingga lima kali untuk shift pagi dan lima kali di shift sore.
Tak jarang juga ada pengemudi murah hati yang memberikan honor lebih. “Kalau 'bule' ngasihnya gede pernah Rp 115 ribu, paling gede aku dikasihnya Rp 200 ribu,” kata Tiwi. Bila sedang mujur, dalam satu bulan dia mengaku bisa mendapat Rp 4 juta dari kerja menjadi joki three in one.
Apalagi, wanita yang tinggal di kawasan Ragunan ini mengaku sudah mempunyai beberapa pelanggan sehingga jarang sekali pulang dengan tangan kosong selama hari kerja. Tak jarang, ia juga punya beberapa nomor kontak pelanggannya dan mengatur janji.
Nomor itu biasanya didapatnya karena diminta oleh sang pengemudi saat Tiwi pertama kali naik. “mereka Tanya ada nomor hp enggak. Jadi kadang mereka sms ‘ ada enggak di tempat, ini mau lewat’, kadang aku yang sms atau nelpon, ‘udah lewat belum pak?’” kata Tiwi.
Meski hanya kenal di jalanan, Tiwi juga mengaku menjalin silahturahmi dengan pelanggannya. Bahkan, kata dia, tak jarang ada yang memberikan lebih dari sekedar uang tips sebagai joki. “Saat salah satu langganan saya sekolah ke Jerman atau pindah kantor, mereka pasti kabarin ke saya. Ada juga yang malah kasih THR kemarin saat ketemu sebelum lebaran,” kata dia.
Profesi sebagai joki three in one sudah dilakoni Tiwi sejak sebelum menikah. Meski pendapatannya tidak tentu, dia tetap memilih bekerja sebagai joki. Besarnya pendapatan rupanya juga membuat suami Tiwi, yang bekerja sebagai tukang ojek di kawasan Departemen Pekerjaan Umum juga 'nyambi' menjadi joki.
Setiap hari Tiwi dan suami berangkat bareng dari rumah mereka di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan. Pada hari libur, Tiwi menghabiskan waktu mengasuh anaknya, dan menyelesaikan pekerjaan rumah. “Dari sejak saya belum kawin sampai sekarang anak saya sudah berumur empat tahun,” kata Tiwi.
Paras Tiwi memang terbilang ayu untuk ukuran Joki three in one. Tinggi semampai dan kulitnya yang putih juga didukung dengan penampilannya yang bersih. Ada sapuan make-up seperti lipstick dan bekas pensil alis coklat meski hanya tipis.
Penampilan tersebut membuat Tiwi tak sulit mendapat pelanggan
(erd/erd)