Susan terpilih sebagai lurah beberapa bulan lalu lewat program lelang jabatan Jokowi-Ahok. Dia lulus dengan nilai cukup tinggi. Pujian dari sang gubernur pun sempat terlontar soal kehebatannya sehingga gubernur akan mempertahankannya di Lenteng Agung.
Berikut enam kisah tentang Lurah Susan:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Berawal dari Staf
|
Di Senen, dia menjabat Kepala Seksi (Kasi) Prasarana dan Sarana Kelurahan Senen, Jakarta Pusat. Lalu, saat ada lelang jabatan, Susan pun ikut. Ibu satu anak ini kemudian terpilih sebagai lurah Lenteng Agung.
2. Gemar Blusukan
|
Kalimat di atas menunjukkan betapa Susan menyerap inspirasi dari sang gubernur Jokowi. Dia turun ke lapangan untuk menelusuri permasalahan yang ada.
Saat ditemui detikcom pekan lalu, dia baru saja blusukan mengunjungi sejumlah RW. Dia suka blusukan dengan naik motor.
"Saya suka dari dulu itu seperti ini lho, saya harus ngedata. Kan saya turun, saya foto, sekaligus ngembangin," jelas Susan sambil menunjukkan foto-foto hasil blusukannya, mulai dari jalan berlubang sampai sarana dan prasarana tak memadai.
3. Bertekad Perbaiki LA
|
"Saya konsenstrasi untuk mewujudkan lingkungan wilayah yang sehat, indah, rapi, hijau, asri, aman, dan damai. Jadi membangun budaya masyarakat yang peduli dan memiliki kesadaran pada lingkungan sekitarnya," kata Susan.
Jebolan Fisip UI ini bertutur, di Lenteng Agung ada satu taman, yang menurutnya tak diperhatikan keindahannya. Selama ini seolah dilupakan. Padahal cocok untuk perbaikan lingkungan.
Lewat blusukan menyapa warga, Susan juga tahu ada warganya yang pelaku UKM, dengan mengolah sampah menjadi hiasan, tas, dan kompos. Dan ada juga yang membuat alas sepatu.
4. Didemo 'Setengah Hati'
|
Para pendemo mempersoalkan ketidakhadiran Susan dalam sejumlah acara bertema Islam. Wanita berusia 43 tahun itu hanya mengirim wakil. Tapi, bagi warga lain itu bukanlah masalah besar.
Sejumlah ibu-ibu yang ikut unjuk rasa malah mengagumi Susan yang kerap blusukan dan menyapa warga.
"Saya cuma diajak-ajak. Kalau menurut saya sih Ibu Susan baik-baik saja," kata Rini, warga RT 10 Lenteng Agung, Jaksel, yang ditemui di depan kantor kelurahan, Rabu (28/8/2013).
Rini diajak tetangganya untuk ikut demo. Dia mengaku tak tahu kalau ternyata demonya menolak Susan sebagai lurah di Lenteng Agung.
"Ibu itu sering blusukan datang ke tempat warga. Saya pribadi nggak ada masalah," jelas Rini.
5. Tetap Bekerja
|
"Mengenai mereka demo, itu aspirasi. Jadi biarkan saja," ujar Susan.
Sarjana Fisipol UI berumur 43 tahun itu tetap mengutamakan pekerjaannya melayani masyarakat meski ada demo di depan kantornya.
Bagi Susan, demo warga dijadikan bahan evaluasi. Terkait isu perbedaan agama, dia menyerahkannya pada Gubernur Jokowi dan wagub Ahok.
"Kalau saat Ramadan saya nggak bisa datang, saya kan punya wakil. Misalkan saya tidak datang karena saya non Muslim, saya kan punya wakil, saya punya staf yang bisa wakili saya," kata perempuan berambut pendek.
6. Didemo Lagi
|
Warga berdemo dengan membawa keranda mayat. Mereka juga membawa bendera kuning.
Warga berkonvoi di jalan di kawasan Lenteng Agung, akibatnya macet tak terhindarkan. Warga meminta Lurah cantik ini dipindahkan hanya karena urusan agama. Susan yang non muslim dianggap warga tak sesuai dengan Lenteng Agung.
Tak heran kalau dalam aksinya warga banyak yang memakai pakaian muslim dan membawa simbol agama.
Halaman 2 dari 7