Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga menyampaikan kritikannya terhadap komentar tersebut. Suga mengaku, dirinya meragukan apakah sebenarnya Sekjen Ban memahami segala upaya yang dilakukan Jepang untuk memulai dialog dengan China dan Korsel terkait sengketa wilayah dan perbedaan sejarah.
Suga justru meminta Sekjen Ban, yang seorang mantan Menteri Luar Negeri Korsel, untuk menjelaskan apa maksud dan tujuannya ketika mendorong pemimpin Jepang untuk melakukan introspeksi yang sangat mendalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya merasa sangat ragu apakah sebenarnya pernyataan tersebut disampaikan dengan pemahaman yang penuh atas posisi negara kami," imbuhnya.
Hubungan Jepang dengan negara-negara tetangganya sering kali tegang akibat warisan agresi perang, terutama dengan adanya perselisihan wilayah. PM Abe yang baru menjabat sejak Desember 2012 lalu, belum kembali menyelenggarakan perundingan dengan kedua negara tetangganya, China dan Korsel.
Pada Senin (26/8), Sekjen Ban menyerukan introspeksi mendalam kepada para pemimpin Jepang. "Saya sangat menyesalkan ketegangan yang berlanjut (antara ketiga negara di Asia Timur) terkait isu sejarah dan isu politik lainnya," tutur Ban.
"Kita membutuhkan ketegasan dari pemimpin politik. Kesadaran yang tetap tentang sejarah sangat dibutuhkan," tandasnya.
(nvc/ita)