Di ujung dermaga yang mengarah ke pintu kapal, seorang anak buah kapal berdiri sambil mendata calon penumpang. Mulai bulan ini setiap warga yang akan masuk kapal, harus terlebih dahulu di data.
Mereka, calon penumpang Waterway tersebut adalah mantan warga bantaran Waduk Pluit yang kini direlokasi ke rumah susun sederhana sewa Marunda. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menyediakan sarana transportasi Waterway bagi warga yang direlokasi tapi tetap bekerja di Pluit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Solihin, 38 tahun, yang bertugas sebagai kapten kapal mengatakan, pada awal Waterway dioperasikan sering terjadi perselisihan antar calon penumpang saat hendak didata. Saat itu pendaftaran mulai dibuka sejak pukul 12.00 siang.
Wal hasil kapal telah penuh pada pukul 14.00. Padahal banyak warga yang datang lebih dahulu di dermaga saat kapal akan berangkat pada pukul 16.00.
“Biar tidak terjadi konflik, sekarang kami buka jam 4 sore. Biar ketahuan kebagian atau tidak kebagian. Kalau gak seperti itu akan ada anggapan udah pesanan, pekerja tidak kebagian,” kata Solihin kepada detikcom, Selasa (20/8) lalu.
Menurut Solohin, hingga kini kapal yang disediakan untuk mengangkut warga rusun Marunda hanya dua unit. Jumlah tersebut diakui tidak mampu menampung warga Marunda yang bekerja di Muara Baru.
Akibatnya, sekitar 15 warga tidak mendapat tempat di kapal setiap harinya. Dia pun mengusulkan agar kapal pengangkut warga tersebut ditambah satu lagi.
“Ditambah satu lagi kapalnya, biar kami tidak dituduh ada 'main' oleh warga,” kata pria yang mengaku mendapat gaji Rp3,5 juta per bulan tersebut.
Namun menurut Solohin, meski nantinya kapal ditambah, jadwal keberangkatan tetap tidak dapat dilakukan pada malam hari. Padahal banyak warga rusun Marunda yang kerja di Muara Baru pulangnya malam hari.
“ (Kapal ini) tidak layak jalan malam, karena ini sitem kapal cepat, malam kan banyak nelayan, ada 'bagan' atau perangkap ikan teri (di rutenya),” kata Solihin.
Ida, 31 tahun salah satu warga rumah susun sewa sederhana rusunawa Marunda yang bekerja di sebuah pabrik sabun, mengaku sering tidak mendapat tempat di kapal.
Sebab ketika ia sampai di dermaga sekitar pukul 16.00 ternyata kapal sudah penuh oleh warga yang telah mendaftar meskipun orangnya belum memasuki kapal.
“Sering banget, kalau saya shift pagi kan pulangnya jam 3, eh sampai di sini tidak kebagian, terpaksa ‘ngeteng’” kata Ida saat berbincang dengan detikcom di dermaga Muara Baru.
Permasalahan lainnya menurut Ida, adalah ketika ia masuk shift siang, jam 13.00 dan keluar kerja pada pukul 07.00 malam. Pada jam tersebut, sudah tidak ada lagi fasilitas angkutan bagi warga rusun Marunda yang bekerja Muara Baru.
Sebab jadwal keberangkatan Waterway hanya dua kali dalam sehari, yakni pukul 07.00 pagi dari Marunda dan jam 05.00 sore dari Muara Baru. Sementara bus (gratis) terakhir dari Muara Baru pada jam 14.30 siang.
“Ya terpaksa ngeteng, dari sini, 4 kali ganti dan ongkosnya itu total Rp 20 ribu. Gaji bisa habis untuk ongkos dong,” keluhnya.
Dia berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secepatnya memberikan solusi bagi permasalahan yang dialami warga rusun Marunda. Salah satunya menambah jadwal bus maupun Waterway.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, moda transportasi Waterway Muara Baru–Marunda masih dalam taraf uji. Dinas Perhubungan belum berencana menambah unit kapalnya.
Rencananya penambahan unit kapal baru akan dilakukan pada tahun 2014 medatang. “Kalau uji coba itu berhasil kapal-kapalnya bisa ditambah karena peminatnya itu masih ada yang suka naik kapal dan suka naik bus,” kata dia.
(erd/erd)