Agus perlu kesabaran untuk mendaftar. "Saya sudah lama mau daftar, tapi petugas nggak ada di tempat. Apa saya yang kepagian ya ke bandara?" ujar Agus dalam surat elektroniknya kepada detikcom, Kamis (22/8/2013).
Agus selalu tiba pagi di Bandara Soekarno-Hatta dan pergi malam hari. Namun akhirnya dia bisa mendaftar juga. Agus merasakan kemudahan yang diperoleh dengan menggunakan autogate. Biasanya dia kadang harus antre melintas di gerbang Imigrasi, tapi dengan autogate jadi mudah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus menuturkan saat pertama kali menggunakan autogate sempat ada pengalaman yang bikin deg- degan. Setelah scan paspor berhasil dapat memasuki autogate, kemudian pintu gate otomatis tertutup.
"Lalu melanjutkan scan sidik jari dan selalu gagal, hingga akhirnya saya menyerah dan minta tolong kepada petugas agar saya dapat dikeluarkan dari dalam autogate," imbuhnya.
Namun ada persoalan yang menghadang. Ya itu tadi, minimnya petugas yang nongkrong di autogate membuat masyarakat sulit mendaftar. Secara pribadi Agus menegaskan keberadaan autogate ini dapat menghemat lembaran paspor dari stempel Imigrasi, terutama jika memiliki frekuensi yang tinggi ke luar negeri.
"Dirgahayu Indonesia, semoga Imigrasi kita menjadi semakin baik," tutup Agus.
Para pembaca detikcom, bila Anda memiliki pengalaman menarik, keluhan dan sebagainya tentang autogate paspor di Bandara Soekarno-Hatta seperti Putra, silakan kirimkan pengalaman Anda melalui email di redaksi@detik.com, dilengkapi nama dan nomor telepon yang dapat dihubungi. Bisa sertakan foto bila ada.
(ndr/nrl)