"Informasi yang beredar itu sama sekali tidak benar," kata Rasyid yang dihubungi wartawan via telepon, Rabu (21/08/2013).
Untuk tes keperawanan harus melibatkan banyak pihak. Bukan hanya Disdik, juga Kantor
Kementerian Agama, Dinas Kesehatan, dan perwakilan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, menurut Rasyid, tes keperawanan bagi calon pelajar perempuan tidak terlalu penting. Masih banyak hal penting di sekolah, misalnya budi pekerti dan etika, yang di dalamnya juga mengenai soal keperawanan.
Sebenarnya, maraknya pemberitaan tes keperawanan bagi pelajar perempuan di Prabumulih, jelas Rasyid, bermula terbongkarnya kasus percobaan human trafficking oleh Polres Prabumulih, yang mana ada enam pelajar perempuan.
"Lalu dari pemeriksaan, mukicari atau pelaku trafficking itu mengatakan kepada salah satu orang tua korban bahwa anaknya sudah tidak perawan lagi. Orang tua korban itu kemudian berencana akan melakukan tes keperawanan. Itu pun baru sebatas rencana. Belum ada
realisasi, sebab masih perlu pertimbangan yang matang," urainya katanya.
Rasyid melanjutkan, saat itu juga kemudian ada wartawan yang menanyakan soal tes keperawanan itu kepada dia. Rasyid mengaku hanya menjawab dengan mengkaji saja.
(tw/ndr)