Banjir yang terjadi pada 25 Juli 2013 itu membuat anak-anak tersebut dan orangtuanya tinggal di tenda pengungsian hingga saat ini. Beruntung, anak-anak itu masih bisa terus belajar di sekolah darurat.
Seperti yang terlihat di Dusun Latan, Negeri Lima, Maluku Tengah, Selasa (20/8/2013), berdiri 9 tenda berukuran 10 x 5 meter. Tenda-tenda tersebut disusun membentuk sebuah komplek, layaknya lingkungan sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bencana yang melanda tempat tinggal mereka tidak mampu menghapus senyum dan tawa anak-anak. Mereka tetap mengenakan seragam putih merah dari hasil sumbangan, mengenakan tas, dan kaki beralaskan sendal jepit.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengunjungi sekolah ini saat jam belajar mengajar berlangsung. Agung menyapa anak-anak di dua kelas yang berbeda dan menanyakan cita-cita seorang anak bernama Alfa yang ingin menjadi perawat.
"Rumah terendam banjir. Di sini senang soalnya banyak kawan," ujar Alfa yang belajar di kelas 2 SD itu.
Saat menyudahi kunjungannya, Agung ditunjukkan sebuah pohon liar yang berdiri di tengah komplek sekolah darurat ini. Pohon tersebut adalah pohon cengkeh, banyak pohon sejenis berada di sekitar sekolah, karena hutan mengelilingi sekolah darurat dan tenda-tenda pengungsi.
"Ke depan kita lakukan usaha-usaha pencegahan agar tak terulang lagi. Kita hidup di daerah ring of fire, kita tak boleh menyerah, tapi bagaimana upaya kita untuk hidup harmonis dengan alam," kata politisi partai Golkar tersebut.
(vid/jor)