Kali Besar ini mungkin di masanya hendak dibuat kanal-kanal ala di Belanda, atau mungkin juga ala Venesia di Italia, selain sebagai rute perdagangan.
Tapi kini, Kali Besar yang indah sudah tiada. Wajah Kali Besar kini banyak sampah, airnya hitam dan berbau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu itu Kali Besar nggak kotor, setelah pedagang dipindahin di dekat Kali Besar, pedagang kurang memperhatikan kebersihan dengan membuang sampah sembarangan," ujar Hadi warga Jalan Kali Besar, Tambora, Jakarta Barat, Kamis (15/8/2013).
Menurut Hadi meskipun Kali Besar banyak sampah tidak akan terjadi banjir apabila hujan deras. Bulan Januari 2013 lalu memang banjir besar di Jakarta, namun air di Kali Besar tidak meluap.
Sependapat dengan Hadi, Amiruddin 57 tahun sebagai warga Jalan Kali Besar berpendapat memang pedagang menjadi salah satu penyebab bertambah kotornya sampah di Kali Besar. Namun untuk warna hitam dan bau itu dari lumpur yang berasal dari limbah.
Tanggapan berbeda dilontarkan Imah 43 tahun selaku pedagang di sekitar Kali Besar, ia berpendapat, tak bisa begitu saja menyalahkan pedagang soal sampah.
"Jangan hanya pedagang yang dipersalahkan soal banyaknya sampah di Kali Besar, memang kita pernah buang sampah di Kali Besar tapi tidak hanya kita, warga dan pengunjung tempat wisata juga pernah," keluh Imah.
Ibu beranak dua inipun juga mengatakan pemerintah juga harus disalahkan. Karena lumpur di bawah kali tak dikeruk, sehingga Kali Besar hitam dan bau. Jangan hanya sampah yang dipermasalahkan.
Sampah, warna hitam, dan bau menyengat seakan sudah menjadi ciri khas sungai-sungai di Jakarta. Lumpur yang belum dikeruk di dasar sungai dan kesadaran masyarakat tak membuang sampah sembarangan menjadi persoalan. Semoga Kali Besar bisa kembali besar.
(tfn/ndr)