Dalam tiga bulan misalnya, AN hanya menerima enam orderan. Tapi, itu semua tidak bisa dipenuhi karena terbatasnya stok barang. โKeuntunganya lumayan bisa buat jajan istri dan anak dua minggu,โ kata AN kepada detikcom, Rabu (14/8) kemarin di Pasar Ular Plumpang, Jakarta Utara.
Selain senapan angin, AN juga sering mendapat pesanan senjata api jenis pistol. Beberapa barang yang sering dicari antara lain senjata revolver jenis FN dan Heckler karena mudah dipakai, bahkan oleh orang awam dan tidak perlu belajar. Jenis senjata genggam ini biasanya dari pabrikan. Untuk pabrikan harga agak mahal berkisar Rp 5 โ Rp 7 juta. Sementara kalau rakitan sekitar Rp 3 juta. Harga itu masih bisa negosiasi tergantung kondisi barang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya kalau pemesan yang belum dikenal, tidak bakal direspon oleh AN karena senjata api jenis ini banyak yang mengincar. Umumnya profesi pemesan tidak jauh dari perampok dan penjambret. โMereka yang biasa nyari orang pendatang dari Palembang, dan Lampung,โ kata AN.
Kriminolog dari Universitas Indonesia Iqraq Sulhin mengatakan peredaran senjata api ilegal di Indonesia masih akan marak selama angka kriminalitas dan peredaran narkotika tinggi. Apalagi selama ini pengawasan oleh kepolisian terhadap peredaran senjata api ini sangat lemah. Dampaknya pun terasa sekarang karena aksi kejahatan di berbagai daerah sudah terlihat menggunakan senjata api.
โKalau hanya razia menunggu instruksi ya telat karena budaya kejahatan negara kita suka dengan yang barang ilegal,โ kata Iqraq kepada detikcom. Selain pengawasan dan kontrol yang ketat, polisi juga harus melakukan upaya penegakan hukum. Seperti melakukan razia dengan intensitas sering di beberapa daerah rawan kriminalitas. Mestinya langkah ini tak sulit dilakukan, karena polisi memiliki data lengkap tentang daerah yang rawan kriminalitas perampokan dengan senjata api.
Pengamat kepolisian dan dosen kriminolog Universitas Indonesia Bambang Widodo Umar mengatakan Indonesia dianggap sindikat penjualan senpi ilegal sebagai pasar bagus karena permintaan cukup tinggi. Beberapa kejadian kekerasan dengan penembakan di daerah seperti Poso, Aceh sebelumnya dan sekarang Papua menjadi indikasinya. Apalagi Indonesia juga potensial sebagai jalur pasar narkotika, dan angka kriminalitas yang tinggi.
(erd/erd)