"Qatar mengecam keras cara-cara menghadapi para demonstran damai di kamp Rabaa al-Adawiya dan lapangan al-Nahda yang menyebabkan tewasnya sejumlah orang-orang tak bersalah dan tak bersenjata di antara mereka," demikian pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar seperti dilansir Press TV, Kamis (15/8/2013).
Qatar juga mendesak otoritas Mesir untuk menahan diri dalam menghadapi para demonstran damai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Turki Abdullah Gul bahkan dengan tegas menentang penggunaan kekerasan oleh aparat polisi Mesir.
"Intervensi bersenjata terhadap warga sipil yang melancarkan aksi protes adalah tak bisa diterima, apapun justifikasinya," tegas Gul.
Menurut Ikhwanul Muslimin, sedikitnya 2.200 orang tewas dan 10.000 orang lainnya luka-luka dalam operasi yang dilancarkan aparat polisi untuk membubarkan para demonstran pro-Morsi di Rabaa al-Adawiya dan al-Nahda, Kairo kemarin, Rabu (14/8).
Namun menurut pemerintah Mesir, jumlah korban tewas sebanyak 278 orang. Korban tewas sebagian besar merupakan warga sipil, yakni sebanyak 235 orang dan dari pihak kepolisian sebanyak 43 orang.
Perdana Menteri (PM) interim Mesir Hazem Beblawi membenarkan penggunaan kekerasan oleh aparat Mesir dalam membubarkan pendukung Morsi. Menurutnya, selama ini para loyalis Morsi kerap menyebar teror dan kekacauan bagi warga lainnya.
"Meneror warga, menyerang publik, dan merusak properti pribadi. Negara harus melakukan intervensi untuk memulihkan keamanan dan kedamaian bagi rakyat Mesir," tegas Beblawi.
(ita/nrl)