“Katanya (Transjakarta) mau mengisi bahan bakar gas, kami kan enggak taulah," kata Isman, 38 tahun, pengguna setia Transjakarta kepada detikcom, Selasa (13/8) di Jakarta kemarin. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan saat ini hanya ada lima stasiun pengisian bahan bakar gas yang melayani 669 bus Transjakarta. Akibatnya sering terjadi keterlambatan Transjakarta karena harus mengisi bahan bakar.
Kepala Seksi Angkutan Orang Dalam Trayek Bidang Angkutan Darat, Dinas Perhubungan DKI Jakarta Baihaqi mengatakan, idealnya di ibu kota ada minimal 10 SPBG, dan letaknya tersebar merata di setiap wilayah. Dia mencontohkan, untuk koridor 1 jurusan Kota - Blok M, ada 90 unit armada yang menggunakan bahan bakar gas. Namun di sepanjang rute tersebut tak ada SPBG. Wal hasil pengisian bahan bakarnya harus ke daerah Pesing, Jakarta Barat atau ke jalan Perintis Kemerdekaan, di Jakarta Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan jumlah SPBG baru akan bertambah satu pada awal 2014 di salah satu daerah Jakarta Timur. Ia hanya berharap agar pihak terkait seperti Pertamina atau PGN bisa merealisasikan pengadaan gas. Menurutnya, bila pasokan gas selalu stabil dan harga bersaing, SPBG punya daya tarik ke investor dan bisa direalisasikan pembangunannya sesuai target dalam empat tahun mendatang.
Namun, kalau hanya mengandalkan lima atau enam SPBG seperti sekarang jelas tidak ideal dan mengganggu kenyamanan penumpang. “Itu mengganggu sekali. Solusi terlambat belum ada. Serba salah. Kalau busway belum isi bahan bakar nanti mogok di jalan. Sementara, isi gas ngantrinya luar biasa,” kata dia.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Sudaryatmo mengatakan, manajemen harus memperbaiki jarak antara armada Transjakarta satu dengan lainnya (headway) agar tidak terjadi tumpukan penumpang di halte. Selain menambah jumlah SPBG, Badan Layanan Umum Transjakarta harus mensterilkan jalur Busway.
Badan Layanan Umum juga harus memberikan kepastian waktu kepada penumpang. Dari informaso itu lah calon penumpang bisa memutuskan, akan menggunakan Transjakarta atau moda transportasi lainnya. “Yang jadi masalah sekarang kan tidak ada kepastian itu, ini ada antrian panjang, gak ada kepastian datangnya (busway),” kata Sudaryatmo.
(erd/erd)