Transjakarta, Sering Telat Karena Bahan Bakar

Balada Transjakarta

Transjakarta, Sering Telat Karena Bahan Bakar

- detikNews
Rabu, 14 Agu 2013 15:32 WIB
Penumpukan penumpang terjadi di Halte Dukuh Atas. (Lamhot Aritonang/detikFoto)
Jakarta - Antrian calon penumpang Transjakarta sudah menumpuk di halte Dukuh Atas, Jakarta Selatan, pada Jumat malam pukul 11.30 WIB pekan kedua Juni lalu. Namun, beberapa bus Transjakarta yang lewat berlalu begitu saja meski dalam keadaan kosong. Wajah lelah calon penumpang yang sedari tadi berdiri di pintu halte pun bingung.

“Katanya (Transjakarta) mau mengisi bahan bakar gas, kami kan enggak taulah," kata Isman, 38 tahun, pengguna setia Transjakarta kepada detikcom, Selasa (13/8) di Jakarta kemarin. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan saat ini hanya ada lima stasiun pengisian bahan bakar gas yang melayani 669 bus Transjakarta. Akibatnya sering terjadi keterlambatan Transjakarta karena harus mengisi bahan bakar.
 
Kepala Seksi Angkutan Orang Dalam Trayek Bidang Angkutan Darat, Dinas Perhubungan DKI Jakarta Baihaqi mengatakan, idealnya di ibu kota ada minimal 10 SPBG, dan letaknya tersebar merata di setiap wilayah. Dia mencontohkan, untuk koridor 1 jurusan Kota - Blok M, ada 90 unit armada yang menggunakan bahan bakar gas. Namun di sepanjang rute tersebut tak ada SPBG. Wal hasil pengisian bahan bakarnya harus ke daerah Pesing, Jakarta Barat atau ke jalan Perintis Kemerdekaan, di Jakarta Timur.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Badan Layanan Umum Transjakarta Pargaulan Butar Butar mengusulkan agar Transjakarta tepat waktu idealnya satu SPBG itu hanya mengurusi 15 unit bus. Sementara saat ini, satu SPBG diandalkan untuk melayani ratusan unit bus. Wal hasil sering terjadi antrian dan menimbulkan kemecetan. “Lihat saja itu yang di Jalan Pemuda, ngantri sekali macet ke luar dan jadi lama balik ke halte koridornya,” kata Pargaulan kepada detikcom di kantornya, Selasa (13/8) kemarin.

Dia mengatakan jumlah SPBG baru akan bertambah satu pada awal 2014 di salah satu daerah Jakarta Timur. Ia hanya berharap agar pihak terkait seperti Pertamina atau PGN bisa merealisasikan pengadaan gas. Menurutnya, bila pasokan gas selalu stabil dan harga bersaing, SPBG punya daya tarik ke investor dan bisa direalisasikan pembangunannya sesuai target dalam empat tahun mendatang.

Namun, kalau hanya mengandalkan lima atau enam SPBG seperti sekarang jelas tidak ideal dan mengganggu kenyamanan penumpang. “Itu mengganggu sekali. Solusi terlambat belum ada. Serba salah. Kalau busway belum isi bahan bakar nanti mogok di jalan. Sementara, isi gas ngantrinya luar biasa,” kata dia.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Sudaryatmo mengatakan, manajemen harus memperbaiki jarak antara armada Transjakarta satu dengan lainnya (headway) agar tidak terjadi tumpukan penumpang di halte. Selain menambah jumlah SPBG, Badan Layanan Umum Transjakarta harus mensterilkan jalur Busway.

Badan Layanan Umum juga harus memberikan kepastian waktu kepada penumpang. Dari informaso itu lah calon penumpang bisa memutuskan, akan menggunakan Transjakarta atau moda transportasi lainnya. “Yang jadi masalah sekarang kan tidak ada kepastian itu, ini ada antrian panjang, gak ada kepastian datangnya (busway),” kata Sudaryatmo.


(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads