Kongkalikong dengan Oknum Petugas, Calo Tiket Tidak Takut

Musim Gentayangan Calo Kereta

Kongkalikong dengan Oknum Petugas, Calo Tiket Tidak Takut

- detikNews
Kamis, 01 Agu 2013 10:45 WIB
Fotografer - Andri Haryanto
Jakarta - “Tiket, tiket, Mas. Ke Jawa Timur, Jawa Tengah, ada nih,” kata Eko Permadi, 36, blak-blakan menawarkan tiket-tiket kereta api kepada orang-orang di seputaran Stasiun Pasar Senen Jakarta Pusat, Selasa (30/7) lalu.

Siang itu terik begitu terasa menyengat. Para calon penumpang memilih berteduh di dekat loket di peron satu dan tiga meski terlihat sudah penuh membludak. Namun, di balik tembok depan pagar luar Stasiun Pasar Senen, seorang pria berdiri begitu semangat dan bawel menawari tiket kereta sambil menghisap sebatang rokok. Dialah Eko Permadi, yang tak henti-hentinya menawarkan jasa ilegalnya dengan menjadi calo tiket kereta.

Mengenakan kaus biru dengan setelan celana jins, Eko mengandalkan meja bobrok untuk berdiri di balik pagar tembok agar bisa memantau calon penumpang yang hendak pulang. Dengan menggenggam telepon seluler android sembari bersiul menjadi kode lain pria asal Sragen, Jawa Tengah, itu untuk menawari jasa tiket kepada calon pemudik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak ada perasaan takut kalau ditangkap petugas. Pun begitu dengan calo-calo tiket lainnya yang banyak bertebaran di stasiun tersebut. Eko dan rekan-rekan seprofesinya terlihat begitu santai. Ekspresi wajahnya pun sangat antusias meski sering kali dicuekin calon penumpang. “Ngomongnya di sini saja Mas. Masuk dari warung depan,” ujarnya saat ditemui detikcom.

Ingin mengetahui cara kerjanya sebagai calo detikcom pura-pura menjadi calon penumpang kereta yang mengeluh tidak mendapatkan tiket. Salah satunya menanyakan tiket kereta api tujuan Pasar Turi, Surabaya, untuk keberangkatan sehari sebelum Lebaran. Dengan santai ia menjawab tiketnya bisa diadakan. “Insya Allah, Mas bisa dibantu. Ini ada Gumarang bisnis dan Kertajaya ekonomi,” ungkapnya santai seraya menunjukkan beberapa lembar tiket.

Maraknya calo tak hanya terlihat di Stasiun Pasar Senen. Pemandangan serupa tampak kentara di Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur. Memakai jaket hitam, tubuhnya terlihat tinggi namun kurus. Pria itu tampak sedang menunggu calon penumpang yang sudah janji dengannya untuk bertemu di areal parkir sepeda motor di Stasiun Jatinegara.

Namanya Yudha, dan ia juga calo yang biasa mangkal di Stasiun Pasar Senen. Ia mengaku janjian sama kliennya yang memesan lima tiket kereta api Brantas jurusan Kediri, Jawa Timur, untuk keberangkatan dua hari sebelum Lebaran. Kebetulan pemesan tidak bisa datang ke Stasiun Pasan Senen, tempat Yudha biasa ngepos. Ia pun lantas janjian di dekat rumah kliennya. “Tungguin orang, Mas. Minta duit biar bisa langsung ngerjain. Kemarin ketemu di Senen, dan dia udah kasih fotocopy KTP. Mas mau tiket mudik nanti saya kasih diskon?” kata pria berusia 34 tahun itu seraya menawari jasanya.

Dia mengaku mendapat pesanan tiket Brantas lima orang dengan harga paket Rp 950 ribu. Harga ini sudah termasuk mengubah balik nama menyesuaikan identitas calon penumpang. Menurutnya, satu tiket harga sebenarnya Rp 110 ribu. Lima tiket ini sudah dipesan dan dibeli atas nama Yudha dan teman-teman calo lainnya lewat online awal Juni lalu. Ada tiket yang sudah dibeli sengaja dibatalkan dia demi dijual lagi kemudian nama diubah sesuai permintaan yang membeli. Cara kerja calo tiket kereta diakui Yudha harus kerja sama dengan calo lain.

Selain pengalaman yang beda, setiap calo punya kemampuan masing-masing. Bila ada pesanan tiket, biasanya satu calo akan berkomunikasi terus dengan calon penumpang agar tetap bisa ditempel. Sementara calo lain yang jago internet sudah siap dengan ponsel pintar serta android di tangan untuk menelusuri informasi tiket.

Yudha secara terang-terangan menceritakan biasanya calo yang paham pemesanan tiket lewat online lebih senior karena dia juga punya relasi di stasiun seperti petugas keamanan pemeriksa karcis sampai karyawan stasiun. “Kita yang cari penumpang, nanti dia yang senior yang eksekusi karena link-nya kuat,” ungkap Yudha Selasa (30/7).



Disinggung apakah punya relasi orang dalam stasiun atau PT KAI, ia hanya tersenyum. Yudha kemudian hanya menyuruh detikcom berpikir karena secara logika sulit mendapatkan info yang cepat dan mengubah balik nama dalam waktu cepat. Sementara, penumpang yang lewat jalur resmi kelimpungan dan gagal mendapatkan tiket.

Bagi Yudha, yang penting menurut versinya, ia bisa membantu penumpang mudik dan dirinya punya pendapatan. “Ene ae (ada aja) lho, Mas. Kita sama-sama perlu kan. Namanya duit zaman susah sekarang, siapa yang enggak suka,” kata pria beranak dua itu.

Salah seorang calon penumpang, Ratih Ratnawati, 27, mengaku tidak masalah harus membayar jauh lebih mahal dengan membeli tiket sama calo asalkan bisa mudik ke rumah orang tuanya di Surabaya. Ratih bukannya malas memesan lewat online satu bulan lalu. Namun saat itu, ia tidak sempat karena sakit demam berdarah dengue dan harus diopname di rumah sakit selama delapan hari. Setelah sembuh, ia berburu tiket kereta bisnis dan eksekutif via online. "Tapi, ternyata tiketnya sudah ludes habis," tutur Ratih yang ditemui detikcom di Stasiun Jatinegara Selasa (30/7).

Kepala Stasiun Kereta Api Pasar Senen Dwi Sulistyono mengakui memang masih ada calo berkeliaran di luar pagar areal stasiun. Menurutnya, hal ini karena tidak ada efek jera sebab belum ada hukuman yang setimpal bagi para calo.

Dwi mengatakan kalau calo berada di area stasiun bakal langsung ditangkap dan diserahkan ke polisi. Tapi, untuk para calo yang berada di luar pagar itu bukan wewenang pihak stasiun untuk bersikap tegas. Kata dia, hal ini sudah dikoordinasikan dengan Polres Metro Jakarta Pusat. “Percuma juga kalau ditangkap pagi eh besok sorenya keluar. Mereka tetap bandel ya karena merasa enggak ada hukumannya. Jadi, tetap saja ada,” ujar Dwi saat ditemui detikcom Selasa (30/7).

Dia menambahkan, persoalan lain yaitu calo juga cepat beradaptasi. Meski pengawasan lebih ketat dan diberlakukan sistem online, tetap saja calo cepat bertindak dengan bantuan teknologi canggih seperti android yang dimiliki untuk memantau info ketersediaan tiket. Ia membantah kalau pihaknya ada kerja sama dengan calo demi keuntungan penjualan tiket. “Enggak benar itu. PT KAI tegas soal ini kalau ada yang melanggar,” katanya.




(brn/brn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads