Tradisi berjualan bedug ini sudah sejak puluhan tahun. Berjualan bedug ini diwariskan dari ayah ke anak, dan seterusnya. Seperti Riswan (16) yang berdagang bedug sudah dua tahun ini. Dia hanya meneruskan usaha ayahnya.
"Yah, ini memang sudah rutinitas bulan puasa," tutur Riswan saat ditemui detikcom, Rabu (31/7/2013) di Karet, Tanah Abang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Soal harga sih rata-rata saingan ya, Rp 100-500 ribu," jelas remaja yang saat ditemui sedang santai di tendanya tersebut.
Lain lagi dengan Ridho (46). Pedagang yang sudah puluhan tahun membuka lapak ini, berdagang 24 jam. Dia menjual bedug hasil buatan tangannya sendiri itu.
"Emang udah wajib. Udah bertahun-tahun yang lalu jualan di sini. Sebetulnya udah capek, tapi harus jaga langganan," jawab Bapak Ridho ketika ditanya alasannya berjualan bedug kulit kambing.
Mulai pagi hingga malam, di sepanjang jalan Kuningan menuju Tanah Abang ini akan banyak ditemui penjual bedug kulit kambing. Kerajinan tangan asli warga inilah yang selalu dijadikan tambahan penghasilan di menyambut hari raya Idul Fitri.
(ndr/ndr)