"Mereka meraba-raba saya saat pemeriksaan. Kebanyakan, hanya tindak penganiayaan, tapi terkadang pencabulan. Kami menyebutnya pijatan Gitmo," jelas narapidana bernama Shaker Aamer yang ikut dalam aksi mogok makan di penjara Guantanamo, seperti dilansir PressTV, Kamis (1/8/2013).
"Ada sebuah papan, seperti tandu dari kayu, dan mereka menggunakannya untuk membawa saya. Tapi sekarang mereka tidak memilikinya lagi. Sekarang mereka membawa saya seperti menarik karung kentang," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama dengan narapidana lainnya, Aamer melakukan aksi mogok makan sejak Januari lalu. Hal ini merupakan bentuk protes terhadap penahanan mereka yang tidak sesuai hukum dan kondisi tidak layak yang ada di dalam penjara.
Oleh otoritas setempat, para narapidana yang terlibat aksi mogok makan ini dipaksa menggunakan infus yang dipasangkan pada hidung mereka. Menurut sejumlah kelompok HAM, tindakan ini jelas merupakan penyiksaan.
Namun otoritas penjara menolak untuk menghentikan hal ini, bahkan ketika memasuki bulan Ramadan. Secara terpisah, militer AS bersikeras bahwa hal ini sesuai dengan hukum dan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa para narapidana yang nekat mogok makan.
Pengacara salah satu narapidana, Walter Ruiz menyampaikan kritikan tajam kepada militer AS terkait hal ini. "Kenyataannya yang terjadi bukan menyelamatkan nyawa, namun hanya menjaga eksistensi. Sama sekali tidak ada kehidupan," ucapnya.
"Pada dasarnya dengan menempatkan orang-orang ini di sini, kita telah membunuh jiwa mereka, semangat hidup mereka dan merenggut martabat mereka. Jadi lebih kepada menjaga jasmani belaka, tapi bukannya menjaga nyawa seseorang," imbuh Ruiz.
(nvc/ita)