Tahanan Guantanamo Akui Kerap Dicabuli Sipir Penjara

Tahanan Guantanamo Akui Kerap Dicabuli Sipir Penjara

- detikNews
Kamis, 01 Agu 2013 09:48 WIB
Ilustrasi
Kuba - Seorang tahanan yang mendekam di kamp Guantanamo, Kuba mengaku dirinya kerap menjadi korban kekerasan seksual dan pencabulan. Aksi tak senonoh ini dilakukan oleh sipir penjara.

"Mereka meraba-raba saya saat pemeriksaan. Kebanyakan, hanya tindak penganiayaan, tapi terkadang pencabulan. Kami menyebutnya pijatan Gitmo," jelas narapidana bernama Shaker Aamer yang ikut dalam aksi mogok makan di penjara Guantanamo, seperti dilansir PressTV, Kamis (1/8/2013).

"Ada sebuah papan, seperti tandu dari kayu, dan mereka menggunakannya untuk membawa saya. Tapi sekarang mereka tidak memilikinya lagi. Sekarang mereka membawa saya seperti menarik karung kentang," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aamer telah menghabiskan waktu 11 tahun di penjara ini tanpa pernah mengetahui dakwaan yang dijeratkan kepadanya ataupun menjalani persidangan. Semua pernyataan ini disampaikan Aamer dalam percakapan melalui telepon dengan pengacaranya.

Bersama dengan narapidana lainnya, Aamer melakukan aksi mogok makan sejak Januari lalu. Hal ini merupakan bentuk protes terhadap penahanan mereka yang tidak sesuai hukum dan kondisi tidak layak yang ada di dalam penjara.

Oleh otoritas setempat, para narapidana yang terlibat aksi mogok makan ini dipaksa menggunakan infus yang dipasangkan pada hidung mereka. Menurut sejumlah kelompok HAM, tindakan ini jelas merupakan penyiksaan.

Namun otoritas penjara menolak untuk menghentikan hal ini, bahkan ketika memasuki bulan Ramadan. Secara terpisah, militer AS bersikeras bahwa hal ini sesuai dengan hukum dan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa para narapidana yang nekat mogok makan.

Pengacara salah satu narapidana, Walter Ruiz menyampaikan kritikan tajam kepada militer AS terkait hal ini. "Kenyataannya yang terjadi bukan menyelamatkan nyawa, namun hanya menjaga eksistensi. Sama sekali tidak ada kehidupan," ucapnya.

"Pada dasarnya dengan menempatkan orang-orang ini di sini, kita telah membunuh jiwa mereka, semangat hidup mereka dan merenggut martabat mereka. Jadi lebih kepada menjaga jasmani belaka, tapi bukannya menjaga nyawa seseorang," imbuh Ruiz.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads