Rupanya tonjolan di jalur itu melayangkan ingatan wanita itu kembali ke salah satu sudut kota di Melbourne, Australia yang pernah ia kunjungi. “Itu seperti guiding block (ubin pengarah,” tuturnya kepada detikcom Jumat (26/7). Sempat terharu, segaris senyumnya langsung hilang saat ia tahu kemana ujung ubin itu. “Saya coba ikuti terus jalur itu, eh dia mentoknya di pohon, “ kata dia.
Rasa senang Arya, yang merupakan seorang penyandang disabilitas seketika hilang. “Itu bukan ubin pengarah jalan, itu dekorasi trotoar,” ujarnya. “Menurut saya di Jakarta belum ada trotoar yang sengaja diberi guiding block untuk memandu tunanetra. Kalaulah ada menurut saya itu hanya dekorasi trotoar.”
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guiding block yang sedang dibanding-bandingkan Arya adalah ubin pengarah yang dibangun oleh Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Ubin berwarna kuning ini dibangun di jalur-jalur protokol seperti di Sudirman – Thamrin, Medan Merdeka Selatan- Medan Merdeka Barat, jalan Sabang, jalan Kebon Sirih, jalan Harmoni - Kota sisi barat-timur, dan Cikini.
Pelaksana harian Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan Dinas Pertamanan DKI Jakarta, Sumardiono menyatakan pihaknya memang membangun jalur guiding block di beberapa trotoar. Tujuannya membantu para penyandang disabilitas, bukan sekedar dekorasi yang menghabiskan anggaran. Pemasangannya pun diklaim sudah sesuai dengan perencanaan tidak asal-asalan apalagi sampai membuat ke jalur pohon. “Kami ada desainnya, ada tujuannya, itu untuk memudahkan berjalan,” kata Sumardiono.
Program pemasangan itu baru dilakukan sejak tahun lalu. Total yang sudah rampung dibangun pada tahun 2012, kata Sumardiono, satu lajur di ruas Thamrin – Sudirman dengan dana Rp 700 juta. “Penyandang cacat juga kan pengguna fasilitas publik pedestrian, jadi jalur itu dibangun supaya ada tanda dan rel,” kata dia.
Namun, Sumardiono mengakui masyarakat memang belum terlalu memahami manfaat jalur kuning alias ubin pengarah itu. “Sosialisasi pada saat pelaksanaan saja, kita hubungi pemilik gedung dan bilang ini program gubernur. Tapi kalau ke masyarakat belum,” kata dia.
Akibatnya, bagi Arya yang juga menjabat sebagai juru bicara Mitra Netra dan penyandang disabilitas lain, berjalan kaki di trotoar masih menjadi hal yang sulit.
(erd/erd)